<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7808624031225959264\x26blogName\x3dInfo+InfoSinema\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://info-infosinema.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://info-infosinema.blogspot.com/\x26vt\x3d-5757315724398017633', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Minggu, 08 Januari 2012

Catatan Produksi Film Mother Keder

Judul Mother Keder, Emakku Ajaib Bener - Jenis Film Drama, Komedi - Pemain Ira Maya Sopha, Qory Sandioriva, Jill Gladys, Pong Hardjatmo, Zahra Nurani, Yoga Prasetya, Yati Surachman, Athoy Herlambang - Sutradara Eko Nobel - Penulis Viyanthi Silvana Kosasih, Reka Wijaya - Produser Dede Gracia, Kurnia Sari - Produksi Visi Lintas Film - Rilis 12 Januari 2012.

FCone Fx Mall Sudirman Jakarta, 5 Januari 2012 - Catatan Sutradara: "Saya bertemu Vivi (Viyanthi Silvana) saat dia sempat menjadi host acara televisi saya "Griya Inspirasi". Since then, we used to talk for hours on the phone about anything, termasuk curhat dia soal keluarganya yang "ajaib". Kami bertemu lagi suatu saat di tahun 2007 setelah tidak saling kontak selama kurang lebih 3 tahun. Vivi memperlihatkan draft buku "Mother Keder", tentang "keajaiban" itu, untuk saya beri komentar, dan saat itu saya meminta ijin Vivi untuk menjadikan buku itu film dan TV Sitcom. Akhirnya, pada akhir tayhun 20110, Dede Gracia - Visi Lintas Film, merencanakan untuk merealisasikannya menjadi layar lebar".

Persamaan visi dan persepsi membuat saya mempercayakan penulisan skenario film ini pada Reka Wijatya. Kesulitan proses adaptasi cerita ini adalah membuat suatu alur cerita yang linier dengan memasukkan sketsa-sketsa cerita dan komedi dari buku yang lebih mirip sketsa sitcom, dan saya yakin, Reka Wijaya sudah cukup jungkir balik selama proses penulisan skenario ini.

Film ini bercerita tentang keluarga, tentang ibu, ayah dan anak-anaknya yang walaupun seringkali jauh dari sempurna, in the end, keluarga adalah segalanya, Seperti komen Sitta Karina tentang buku "Mother Keder": "Baca tulisan Vivi bikin kita sadar bahwa surga (memang) ada di telapak kaki ibu...in a funky way!". Film ini juga bercerita tentang keberanian untuk jujur dan menjadi seseorang yang berani tampil beda.

Karakter yang "ajaib", cerita yang "ajaib, dikerjakan oleh kru film yang "ajaib", dimainkan oleh pemeran-pemeran yang "ajaib", mudah-mudahan yang nonton juga berubah jadi "ajaib".

Catatan Produksi:

Ketika pertama kali Eko Nobel mengajukan buku tersebut, Dede Garcia langsung tertarik dan memutuskan untuk memfilmkannya, ia melihat ada potensi yang akan menjadikan film ini berbeda dengan drama komedi bertema keluarga lainnya dan bisa memberikan perspektif baru. "Selain menghibur, dari cerita ini kita dapat bercermin kepada keluarga masing-masing, Ada sesuatu yang meningatkan bahwa sejelek-jeleknya ibu kita, mereka pasti berusaha memberikan yang terbaik, meskipun terkadang tidak sesuai caranya dengan apa yang kita inginkan."

Sempat mengalami hambatan ketika mencari seorang penulis skenario yang tepat dalam hal pengembangan cerita yang diambil dari buku Mother Keder itu sendiri dan sesuai waktunya dengan produksi kami, sampai akhirnya kami bisa bekerja sama dengan Reka Wijaya. Setelah itu, dilanjutkan perekrutan pemain, kru, hingga pencarian lokasi yang memakan waktu enam minggu. Proses shooting memakan waktu 14 hari yang melibatkan 80 orang - termasuk kru dan pemain.

Penentuan lokasi yang diambil di daerah Jakarta dan Tangerang pun dilakukan dengan penuh perhitungan. Bahkan hingga 20 kandidat rumah ditolak karena tidak sesuai dengan kriteria yang Eko cari. "Buat saya, lokasi bukan hanya sekedar lokasi. Jika tidak memiliki soul, kita tidak bisa mendapatkan gambar yang sempurna. Adegan adalah adegan, tapi yang diinginkan adalah gambar yang berbicara dan berkarakter." jelasnya. Ia juga memilih Universitas Multimedia Nusantara menjadi salah satu lokasi syuting karena dapat digunakan untuk berbagai macam set di sana.

Tantangan lain, menurut Eko adalah ketika melakukan pemilihan pemainnya agar sesuai dengan karakter aslinya. "Sayangnya kita tidak bisa bertemu dengan keluarganya secara keseluruhan untuk mengeksplorasi karakter karena kesibukan mereka. Jadi, kita membuat film ini berdasarkan persepi orang yang mengenal keluarga Vivi," cerita Eko.

Qory Sandioriva dipercaya sebagai pemeran Vivi, anak pertama dari keluarga Kosasih. Dara cantik kelahiran Jakarta, 17  Agustus 1991 dan pernah terpilih sebagai Putri Indonesia tahun 2009 ini dianggap sangat cocok dengan peran tersebut. Namun untuk menjadi sosok Vivi, Qory pada awalnya sempat merasa terbebani. Apalagi peran yang dimainkan adalah karakter sungguhan di dunia nyata.

"Saya sempat menangis ketika akan memerankan Vivi. Karena saya merasa apa yang kita mainkan itu harus memakai rasa." Untuk mendalami karakternya, ia banyak berdiskusi dengan sutradara dan lawan mainnya di film ini, ia pun bertemu dengan Vivi yang asli untuk mengeksplorasi bagaimana sifat hingga gerak tubuhnya secara detil.

Meski film Mother Keder ini adalah film pertamanya sebagai pemeran utama, Qory mampu membuat produser dan sutradara terkesan. "Secara fisik Qory dan Vivi memang berbeda. Saya melihatnya dia natural, tidak ada beban ketika harus berakting seperti apa adanya. Bhkan Eko Nobel bilang: Qoryis my Vivi," ungkap Dede.

Untuk peran Mami atau Ibu Kosasih yang merupakan tokoh sentral dalam film ini. Eko memercayakannya kepada aktris senior Ira Maya Sopha. Eko menilai sosok Ira sanga pas dengan karakter aslinya. "Secara fisik harus 'bundar' sesuai gambaran karakter yang sebenarnya. Yang kedua dia punya penggemar dan bisa menjual. Dan yang paling utama, saya ingin sang pemain bisa bertrasformasi menjadi karakter yang dimainkannya itu. Bukan hanya sekedar akting."

Meski Ira adalah salah satu aktris senior, ia menemukan tantangan baru di film ini yaitu melakukan pengambilan gambar secara mobile. "Rasanya bangga sekali seperti film-film Hollywood. Tapi capeknya luar biasa." Ia bersama Qory dan Jill berada di dalam mobil dan dilepasdengan kamera sendiri, sementara mobil itu tidak bisa menampung banyak orang. "Jadi saya, Qory, dan Jill menjadi pemain sekaligus sutradara. Pokoknya seru-seruan di sana," ungkap Ira seraya tertawa.

Tidak hanya pada cerita film, hubungan antar pemain dan tim produksi pun terjalin erat layaknya seperti sebuah keluarga, bahkan hingga saat ini. "Masalah hanya terjadi di hari terakhir yaitu saat kita harus berpisah dan kangen satu sama lain," kata Jill, pemeran Dinda.

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda