<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7808624031225959264\x26blogName\x3dInfo+InfoSinema\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://info-infosinema.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://info-infosinema.blogspot.com/\x26vt\x3d-5757315724398017633', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Kamis, 23 Februari 2012

Kita vs Korupsi

Djakarta Theater Thamrin Jakarta, 26 Januari 2012 - Isu korupsi bukanlah isu yang baru dikenal di kalangan masyarakat. Namun ironisnya, meski beragam upaya dan wacana terus dilangsungkan untuk memerangi korupsi, praktik korupsi tetap berlangsung bahkan ada indikasi meningkat. Para penindak korupsi seperti KPK, kerap menghadapi situasi dilematis akibat masih ada keenganan sejumlah pihak untuk menghentikan atau menindak pelaku korupsi secara tegas. Padahal, publik sendiri telah jeri dan punya sikap penolakan yang jelas-karena termasuk pihak yang paling dirugikan akibat merebaknya korupsi.


KITA vs KORUPSI, Omnibus Empat Film Pendek Anti Korupsi

Korupsi sudah tidak bisa lagi ditindak melalui beragam anjuran atau himbauan. Untuk bisa mengurangi angka korupsi perlu ada strategi  baru dalam menghimpun kekuatan massa, tak lain dengan meyakinkan publik sekaranglah saatnya publik selaku warga/orang 'biasa', yang jumlahnya justru mayoritas dari bangsa Indonesia-untuk memberdayakan diri dan mulai lebih pro aktif untuk menghentikan mata rantai korupsi.


Perang melawan korupsi harus diawali dari diri sendiri (baca: setiap orang 'biasa' di Indonesia). Bekal untuk peperangan itu bisa bermula dari rumah dan dilanjutkan di ruang-ruang belajar seperti sekolah dan pergaulan sehari-hari. Karena selama ini pembahasan mengenai korupsi berikut cara penangkalannya masih terasa normatif dan penuh dengan kata-kata atau terminologi/istilah 'besar', kali ini strategi yang digunakan justru sebaliknya mengurai korupsi dari beragam hal keseharian yang selama ini tanpa disadari telah ikut melanggengkan praktik korupsi. Misalnya, standar ganda saat seseorang berhadapan dengan kekisruhan birokrasi yang membuatnya mengamini menggunakan jasa orang ketiga, atau pembenaran saat menaikkan harga jual sebuah benda yang sebetulnya bisa membuat pelakunya 'kebablasan' menjadi koruptor kelas kakap, dan lain-lain. Bila selama ini publik terbiasa diam, dan 'memaklumi' praktik korupsi di sekitarnya kemudian menggantungkan harapan pada segelintir aparat hukum/KPK untuk menindaki korupsi, masa itu harusnya berakhir sekarang. Ringkasnya, siapapun yang ingin menghentikan korupsi harus mengawalinya dari diri sendiri.

Oleh karena, isu korupsi bukan lagi seharusnya disikapi publik (kita) sebagai sesuatu yang diketahui ada dan bisa 'diterima' (mereka/pelaku korupsi/koruptor)-sehingga yang selama ini terjadi adalah Kita DAN Korupsi. Melainkan harus diarahkan menjadi Kita VERSUS Korupsi.

Berdasar pada pemikiran tersebut, omnibus empat film pendek ini dibuat, sebagai sebuah bentuk kampanye anti korupsi melalui media pop culture dengan isu sehari-hari, berkaitan dengan nilai-nilai mendasar yang dimulai dari keluarga, yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Masing-masing film menyajikan satu cerita yang menggambarkan keseharian serta di mana atau kapan saatnya virus korupsi bisa mulai menelusup ke dalam kehidupan seseorang. Empat film ini bergenre drama dan dikemas untuk bisa dipahami penonton Indonesia dari beragam kalangan usia dan latar budaya. Efek yang diharapkan setelah menonton film-film ini adalah publik bisa melihat potret kedekatan dirinya dengan asal muasal korupsi dan bagaimana ia bisa menghentikan mata rantai korupsi sebelum praktik korupsi mewabah.

Film yang dirilis secara non komersial ini merupakan produksi bersama Transparency International Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Management Systems International, USAID, dan Cangkir Kopi. Pemutaran film dalam rangka kampanye akan dilakukan oleh institusi Transparency International Indonesia dan permohonan pemutaran film ini dapat dilakukan dengan menghubungi institusi Transparency International Indonesia.


Tim Produksi

Produser Eksekutif
Busyro Muqoddas
Juhanni Grossmann
Teten Masduki

Produser
M. Abduh Aziz

Produser Kreatif
Prima Rusni

Penanggung Jawab Proyek
Dedie A. Rachim
Ary Nugroho
Ilham B. Saenong

Konsultan Penyunting Gambar
Sastha Sunu

Konsultan Tata Suara
Wahyu Tri Purnomo

Produser Pelaksana
Icang S Tisnamiharja

Koordinator Produksi
Age A. Maulana

Art Director/Graphic Designer
Rangga Sastrowardoyo

Musik untuk Title
Efek Rumah Kaca

Sutradara
Emil Heradi (Rumah Perkara)
Lasja F. Susatyo (Aku Padamu)
Ine Febriyanti (Selamat Siang, Risa!)
Chairun Nissa (Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa)

Penata Sinematografi
Anggi Frisca (Rumah Perkara)
Ical Tanjung (Aku Padamu)
Rachmat Ipung Syaiful (Selamat Siang, Risa!)
Yunus Patawari (Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa)

Penulis Skenario
Mohammad Ariansyah & Damas Cendikia (Rumah Perkara)
Sinar Ayu Massie (Aku Padamu)
Ine Febriyanti & Gunawan Raharja (Selamat Siang, Risa!)
Jazzy Mariska Usman (Psssttt... Jangan Bilang Siapa-Siapa)

Pemain
Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya, Nicholas Saputra, Revalina S. Temat, Ringgo Agus Rahman, Tora Sudiro, Dominique Agisca Diyose, Ine Febriyanti, Alexandra Natasha, Siska Selvi Dawsen, Nasha Abigail.

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda