Optatissimus
Jenis Film Drama - Pemain Rio Dewanto, Nadhira Suryadi, Landung Simatupang - Sutradara Dirmawan Hatta - Penulis Darmawan Hatta - Editor Andhy Pulung - Produser Heru Winanto - Produksi Flix Pictures - Durasi 108 menit.
Optatissimus
the line between
"What esssential is invisible to the eye. only heart can see rightly"
Antoine St. De Exupery
Story Line
Peruntungan sebagai sales mobil bekas yang ogah-ogahan selama ini sepertinya akan berubah, saat ia berhasil menjual sebelas mobil di hari yang sama. Momentum yang tampak menjanjikan. Menebus mobil hadiah pernikahan dari mertua yang digadaikan, sepertinya ide yang bagus untuk mulai mengurai kekusutan hidup & memperbaiki hubungan dengan istrinya, Yunita.
Mendadak semua berubah menjadi bencana saat mobil yang dikendarainya menabrak orang. Kalut & takut karena diancam oleh keluarga korban, ia mendatangi Piet, seorang koster di sebuah gereja tua. Malam itu terasa begitu panjang. Ia harus merenungkan kembali hal-hal yang terjadi, demi mencari jalan menuju ketabahan.
OPTATISSIMUS, sebuah cerita perjalanannya dalam memaknai ulang rentetan peristiwa. Bukan hal mudah, karena ia dalah Andreas, dan ia bukanlah orang yang serta merta menyebut nama Tuhan dalam kesempata pertama.
Flix Pictures
Flix Pictures Presents
A Heru Winanto Production
A Dirmawan Hatta Film
"Optatissimus"
Rio Dewanto
Nadhira Suryadi
Landung Simatupang
Director of Phtography Joseph Fofid
Art Director Hastagus Ekayana
Music Director Risky Summerbee
Sound Designer Adityawan Susanto
Film Editor Andhy Pulung
Wardrobe & Make Up Aneu Sonia
Sound Recordist Sudirno
Still Photo Prima Firmansyah
Line Producer Nova Teguh
Executive Producer Dicky Rampengan
Producer Heru Winanto
Written And Directed by Darmawan Hatta
idea line
Mobil Morris, Gereja Kecil, dan Optatissimus
Tak lama setelah Alex Tanuseputra menikahi Yenny Oentari pada tahun 1963, sebuah cobaan berat menimpa mereka.
Alex muda menabrak orang hingga luka parah. Dokter memvonis korban tinggal menunggu ajal dan menyarankan Alex lari menyelamatkan diri dari ancaman keluarga korban. Alex tak mau & mengabaikan saran itu. Dalam kalut, ia pergi ke sebuah gereja kecil, dan bertemu dengan Christ da Costa.
Bertentangan dengan keyakinan dokter dan semua orang tentang korban yang takkan selamat, malam itu mereka bedoa memohon hal sebaliknya. Bila kemudian permintaan mereka tersebut terkabul, sesungguhnya bukan satu-satunya pertanda yang pernah dialami.
Momentum di gereja tersebut menjadi awal langkah Alex Tanuseputra dalam kerja-kerja pelayanannya di kemudian hari.
Peristiwa 50 tahun lalu ini menjadi inspirasi dari film ini. Berbeda halnya dari sebuah film biografis, OPTATISIMUS lebih condong sebagai cattan pinggir pencarian spirituyal Andreas, karakter fiksi dalam film ini. Andreas, tokoh utama dalam film ini, dikembangkan dalam kesebangunan fiksi dari dua peristiwa tersebut: Kecelakaan dan pertemuan di gereja.
OPTATISSIMUS, istilah latin yang berarti 'doa pertama" adalah sebuah film yang tak hanya bercerita mengenai doa pertama Andreas, tetapi juga upaya penghayatan ulang atas "doa" dan "berdoa", secara universal.
"kamu menantikan pertana.
kamu sudah mendengar,
tapi kamu menolaknya..."
HERU WINANTO (produser)
Seorang investment banker yang mencintai film & lama berkecimpung di industri televisi. Ia lalu mendirikan Flix Pictures & menghasilkan karya seperti Dealova (2006) & May (2008). Prestasi diraih May di ajang FFI 2008 dengan meraih 12 nominasi dari 13 kategori nominasi yang dikompetisikan. Optatissimus merupakan produksi film yang ketiga kalinya bagi Flix Pictures.
DARMAWAN HATTA (Penulis & Sutradara)
Sebelumnya telah dikenal publik sebagai penulis melalui May (2008), King (2009), Mirror Never Lies (2011), & Keumala (2012). Optatissimus menjadi karya feature film pertama yang disutradarainya.
ANDHY PULUNG (Editor)
Berkiprah sebagai editor selam lebih dari satu dekade dan dikenal melalui Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, Serambi, Opera Jawa, Under the Tree, King, & Tanah Air Beta. Tahun 2012 menjadi tahun di mana ia menyutradarai filmnya sendiri, Keumala.
Risky Summerbee & The Honeythief
Music Scoring Optatissimus ditangani oleh RSTH, band asal Jogjakarta yang lama malang melintang di komunitas musik indie Indonesia. RSTH juga dijumpai sebagai cameo dengan membawakan single mereka Fireflies, yang juga menjadi theme song dari Optatissimus.
"aku mengenalnya,
tapi bagaimana bisa
aku memanggilnya,
bila tak bisa kusebut
namanya"
the line between
"What esssential is invisible to the eye. only heart can see rightly"
Antoine St. De Exupery
Story Line
Peruntungan sebagai sales mobil bekas yang ogah-ogahan selama ini sepertinya akan berubah, saat ia berhasil menjual sebelas mobil di hari yang sama. Momentum yang tampak menjanjikan. Menebus mobil hadiah pernikahan dari mertua yang digadaikan, sepertinya ide yang bagus untuk mulai mengurai kekusutan hidup & memperbaiki hubungan dengan istrinya, Yunita.
Mendadak semua berubah menjadi bencana saat mobil yang dikendarainya menabrak orang. Kalut & takut karena diancam oleh keluarga korban, ia mendatangi Piet, seorang koster di sebuah gereja tua. Malam itu terasa begitu panjang. Ia harus merenungkan kembali hal-hal yang terjadi, demi mencari jalan menuju ketabahan.
OPTATISSIMUS, sebuah cerita perjalanannya dalam memaknai ulang rentetan peristiwa. Bukan hal mudah, karena ia dalah Andreas, dan ia bukanlah orang yang serta merta menyebut nama Tuhan dalam kesempata pertama.
Flix Pictures
Flix Pictures Presents
A Heru Winanto Production
A Dirmawan Hatta Film
"Optatissimus"
Rio Dewanto
Nadhira Suryadi
Landung Simatupang
Director of Phtography Joseph Fofid
Art Director Hastagus Ekayana
Music Director Risky Summerbee
Sound Designer Adityawan Susanto
Film Editor Andhy Pulung
Wardrobe & Make Up Aneu Sonia
Sound Recordist Sudirno
Still Photo Prima Firmansyah
Line Producer Nova Teguh
Executive Producer Dicky Rampengan
Producer Heru Winanto
Written And Directed by Darmawan Hatta
idea line
Mobil Morris, Gereja Kecil, dan Optatissimus
Tak lama setelah Alex Tanuseputra menikahi Yenny Oentari pada tahun 1963, sebuah cobaan berat menimpa mereka.
Alex muda menabrak orang hingga luka parah. Dokter memvonis korban tinggal menunggu ajal dan menyarankan Alex lari menyelamatkan diri dari ancaman keluarga korban. Alex tak mau & mengabaikan saran itu. Dalam kalut, ia pergi ke sebuah gereja kecil, dan bertemu dengan Christ da Costa.
Bertentangan dengan keyakinan dokter dan semua orang tentang korban yang takkan selamat, malam itu mereka bedoa memohon hal sebaliknya. Bila kemudian permintaan mereka tersebut terkabul, sesungguhnya bukan satu-satunya pertanda yang pernah dialami.
Momentum di gereja tersebut menjadi awal langkah Alex Tanuseputra dalam kerja-kerja pelayanannya di kemudian hari.
Peristiwa 50 tahun lalu ini menjadi inspirasi dari film ini. Berbeda halnya dari sebuah film biografis, OPTATISIMUS lebih condong sebagai cattan pinggir pencarian spirituyal Andreas, karakter fiksi dalam film ini. Andreas, tokoh utama dalam film ini, dikembangkan dalam kesebangunan fiksi dari dua peristiwa tersebut: Kecelakaan dan pertemuan di gereja.
OPTATISSIMUS, istilah latin yang berarti 'doa pertama" adalah sebuah film yang tak hanya bercerita mengenai doa pertama Andreas, tetapi juga upaya penghayatan ulang atas "doa" dan "berdoa", secara universal.
"kamu menantikan pertana.
kamu sudah mendengar,
tapi kamu menolaknya..."
HERU WINANTO (produser)
Seorang investment banker yang mencintai film & lama berkecimpung di industri televisi. Ia lalu mendirikan Flix Pictures & menghasilkan karya seperti Dealova (2006) & May (2008). Prestasi diraih May di ajang FFI 2008 dengan meraih 12 nominasi dari 13 kategori nominasi yang dikompetisikan. Optatissimus merupakan produksi film yang ketiga kalinya bagi Flix Pictures.
DARMAWAN HATTA (Penulis & Sutradara)
Sebelumnya telah dikenal publik sebagai penulis melalui May (2008), King (2009), Mirror Never Lies (2011), & Keumala (2012). Optatissimus menjadi karya feature film pertama yang disutradarainya.
ANDHY PULUNG (Editor)
Berkiprah sebagai editor selam lebih dari satu dekade dan dikenal melalui Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, Serambi, Opera Jawa, Under the Tree, King, & Tanah Air Beta. Tahun 2012 menjadi tahun di mana ia menyutradarai filmnya sendiri, Keumala.
Risky Summerbee & The Honeythief
Music Scoring Optatissimus ditangani oleh RSTH, band asal Jogjakarta yang lama malang melintang di komunitas musik indie Indonesia. RSTH juga dijumpai sebagai cameo dengan membawakan single mereka Fireflies, yang juga menjadi theme song dari Optatissimus.
"aku mengenalnya,
tapi bagaimana bisa
aku memanggilnya,
bila tak bisa kusebut
namanya"
Label: film, movie, optatissimus
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda