Resensi Film True Love
Resensi Film
True Love
(diangkat dari Novel Cinta Sepanjang Amazon karya Mira W)
Cinta Aries (diperankan oleh Mario Lawalata) yang sepanjang sungai Amazon ternyata tidak cukup untuk menghangatkan perkawinannya dengan Vania (Fanny Febriana), yang berasal dari strata sosial yang berbeda.
Masalah, hambatan dan pertengkaran yang terjadi hampir setiap hari semakin memuncak, sampai tidak dapat diatasi lagi.
Bencana terjadi ketika Guntur (Edo Borne), sahabat dan pengawal Aries yang setia, yang sudah bersumpah akan mengikuti ke mana pun Aries pergi termasuk tinggal di rumah Vania setelah mereka menikah, terjerumus ke dalam perbuatan keji yang tak dapat dimaafkan. Pengkhianatan yang harus ditebus dengan sangat mahal, bukan saja oleh Guntur, tetapi juga oleh Aries dan Vania.
Dedi Setiadi mengangkat novel laris karya Mira W. 'Cinta Sepanjang Amazon' ke dalam sebuah film dengan penggarapan yang apik.
Cerita yang kuta, penuh kejutan, dengan perwatakan tokoh-tokohnya yang matang, berhasil disajikan Dedi dalam sebuah film drama yang romantis dan tidak membosankan.
Film dengan masa syuting dan biaya dua kali lipat film Indonesia pada umumnya ini, akan membawa penonton mengagumi akting Fanny yang prima dan tingakh-polah Mario yang menggemaskan, sambil menikmati keeksotikan nuansa Raja Ampat dan keindahan panorama Swedia yang magis.
Dedi juga trampil memoles akting para pemeran pembantu, Happy Salma, Alex Komang dan Edi Borne, sehingga mereka tampil wajar tapi penuh greget.
Jika penonton film Indonesia sudah mulai jenuh dengan film horror dan drama murahan, film ini dapat menjadi salah satu selingan yang tidak mengecewakan. Tidak heran jika beberapa pengamat memilih film ini sebagai salah satu film yang ditunggu pada tahun 2011.
Tentang Produser
Pada bulan Februari tahun 1961, Prof.Dr.Moestopo, yang juga dikenal sebgi Mayjen Moestopo, pahlawan pertempuran Surabaya, mendirikan Yayasan Universitas Prof.Dr.Moestopo, yang membawahi empat buah Fakultas. Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas ilmu Sosial Politik, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Publisistik yang kin beralih nama menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi.
Sesua dengan petuah yang ditinggalkan Beliau, "Kebun telah saya tanami, kalianlah yang akan memanen hasilnya", dalam usianya yang kelima puluh, Universitas Prof.Dr.Moestopo telah mewisuda ribuan orag sarjana, yang telah terjun ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh di almamater mereka.
Untuk meneladani jejak langkah Pak Moes yang tak pernah gentar merambah ke segala bidang demi mencetuskan sebuah cita-cita yang luhur, pada tahuan emas Universitas Prof.Dr.Moestopo telah menelurkan sebuah produk yang jika dipandang sekilas tampak unik, tapi sebenarnya justru semakin menyebarluaskan nama universitas ini ke segenap penjuru tanah air bahkan sampai ke negara-negara Asean.
Produk itu berupa sebuah film berjudul True Love, besutan sutradara andal Dedi Setiadi, yang diangkat dari novel laris berjudul "Cinta Sepanjang Amazon" karya Mira W., dan dibintangi oleh artis-artis papan atas seperti Fanny Febriana, Mario Lawalata dan Alex Komang, dengan lokasi syuting yang eksotis di Raja Ampat dan dilatarbelakangi oleh panorama Stockhom yang romantis. Film yang berkisah tentang perjuangan dan kisah cinta seorang mahasiswi teladan ini diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi para mahasiswa pada khususnya dan kawula muda pada umumnya.
True Love
(diangkat dari Novel Cinta Sepanjang Amazon karya Mira W)
Cinta Aries (diperankan oleh Mario Lawalata) yang sepanjang sungai Amazon ternyata tidak cukup untuk menghangatkan perkawinannya dengan Vania (Fanny Febriana), yang berasal dari strata sosial yang berbeda.
Masalah, hambatan dan pertengkaran yang terjadi hampir setiap hari semakin memuncak, sampai tidak dapat diatasi lagi.
Bencana terjadi ketika Guntur (Edo Borne), sahabat dan pengawal Aries yang setia, yang sudah bersumpah akan mengikuti ke mana pun Aries pergi termasuk tinggal di rumah Vania setelah mereka menikah, terjerumus ke dalam perbuatan keji yang tak dapat dimaafkan. Pengkhianatan yang harus ditebus dengan sangat mahal, bukan saja oleh Guntur, tetapi juga oleh Aries dan Vania.
Dedi Setiadi mengangkat novel laris karya Mira W. 'Cinta Sepanjang Amazon' ke dalam sebuah film dengan penggarapan yang apik.
Cerita yang kuta, penuh kejutan, dengan perwatakan tokoh-tokohnya yang matang, berhasil disajikan Dedi dalam sebuah film drama yang romantis dan tidak membosankan.
Film dengan masa syuting dan biaya dua kali lipat film Indonesia pada umumnya ini, akan membawa penonton mengagumi akting Fanny yang prima dan tingakh-polah Mario yang menggemaskan, sambil menikmati keeksotikan nuansa Raja Ampat dan keindahan panorama Swedia yang magis.
Dedi juga trampil memoles akting para pemeran pembantu, Happy Salma, Alex Komang dan Edi Borne, sehingga mereka tampil wajar tapi penuh greget.
Jika penonton film Indonesia sudah mulai jenuh dengan film horror dan drama murahan, film ini dapat menjadi salah satu selingan yang tidak mengecewakan. Tidak heran jika beberapa pengamat memilih film ini sebagai salah satu film yang ditunggu pada tahun 2011.
Tentang Produser
Pada bulan Februari tahun 1961, Prof.Dr.Moestopo, yang juga dikenal sebgi Mayjen Moestopo, pahlawan pertempuran Surabaya, mendirikan Yayasan Universitas Prof.Dr.Moestopo, yang membawahi empat buah Fakultas. Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas ilmu Sosial Politik, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Publisistik yang kin beralih nama menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi.
Sesua dengan petuah yang ditinggalkan Beliau, "Kebun telah saya tanami, kalianlah yang akan memanen hasilnya", dalam usianya yang kelima puluh, Universitas Prof.Dr.Moestopo telah mewisuda ribuan orag sarjana, yang telah terjun ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh di almamater mereka.
Untuk meneladani jejak langkah Pak Moes yang tak pernah gentar merambah ke segala bidang demi mencetuskan sebuah cita-cita yang luhur, pada tahuan emas Universitas Prof.Dr.Moestopo telah menelurkan sebuah produk yang jika dipandang sekilas tampak unik, tapi sebenarnya justru semakin menyebarluaskan nama universitas ini ke segenap penjuru tanah air bahkan sampai ke negara-negara Asean.
Produk itu berupa sebuah film berjudul True Love, besutan sutradara andal Dedi Setiadi, yang diangkat dari novel laris berjudul "Cinta Sepanjang Amazon" karya Mira W., dan dibintangi oleh artis-artis papan atas seperti Fanny Febriana, Mario Lawalata dan Alex Komang, dengan lokasi syuting yang eksotis di Raja Ampat dan dilatarbelakangi oleh panorama Stockhom yang romantis. Film yang berkisah tentang perjuangan dan kisah cinta seorang mahasiswi teladan ini diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi para mahasiswa pada khususnya dan kawula muda pada umumnya.
Label: amazon, cintaku sepanjang amazon, true love
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda