Film "Tiga Sekawan"
Plaza Senayan Jakarta, 22 Januari 2013 - Satu lagi produksi film Indonesia terbaru yang mengusung tema "Komedi Petualangan Anak Indonesia" bertajuk "Tiga Sekawan" produksi Global Pictures [PT. Global Media Perkasa]. Film garapan sutradara Ivan Alvameiz ini menampilkan talenta lama dan baru - di mana bertumpu pada tiga aktor muda berpotensi yaitu, Rizky Black (Serial OVJ anak), Stephani Husen (Aktris Pendatang Baru), dan Dandy Rainaldy (sering terlibat di senetron dan film televisi).
Selain ketiga aktor dan aktris muda tersebut, film ini juga didukung oleh aktris dan aktor berpengalaman, diantaranya Dede Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Barat), Monica Oemardi (Surat Untuk Bidadari dan Syahadat Cinta), dan Tieka Priatnakusumah (Penyiar radio / bintang tayangan Extravaganza).
"Film ini memiliki kekhasan dalam bertutur, baik dari sisi kreatif penciptaan karyanya, maupun pada aspek di luar karya. Film ini menjadi semacam pernyataan sosial. Menjadi landasan kebutuhan yang kuat di tengah langkanya tontonan untuk anak. Kami ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk anak. Kami ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk anak-anak menonton film, yang diharapkan akan menginspirasi mereka," terang Produser Global Pictures, Ferry Noerdin Lawadue, kepada para wartawan, dalam Jumpa Pers, sebelum nonton bareng film "Tiga Sekawan" di Bioskop XXI Plaza Senayan Jakarta, Minggu 20/01).
Industri perfilman Indonesia, kata Ferry, memang cukup gencar menghasilkan karya-karya terbaiknya. Namun menurutnya, film kategori tontonan untuk anak, secara kuantitas maupun kualitas jumlahnya masih minim. Sineas Indonesia, lanjut Ferry, seyogyanya memiliki keberpihakan kepada anak-anak Indonesia. Keberpihakan tersebut salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk edukasi positif dan kreatif melalui film.
"Film dapat menjadi media ekspresi, alat untuk bercerita. Film memiliki kekuatan influence bagi para penontonnya. Itu sebabnya melalui film ini kita harapkan anak-anak akan mendapat esensi makna yang kami sampaikan melalui estetika-estetika sederhana, dan semanusiawi mungkin. Sehingga setelah menonton mereka akan membawa pulang pesan sebagai sesuatu yang patut dicontoh, dan terhibur," ujar Ferry.
Saat ditanya mengenai muatan cerita film "Tiga Sekawan", sutradara Ivan Alvameiz, yang juga penulis skenarionya mengatakan, "Film ini berangkat dari sugesti dan doktrin yang kerap ditanamkan oleh para orang tua, bahwa anak-anak akan ditemui oleh mahluk semacam hantu, bila melanggar peratura yang dibuat oleh orang tua. Tapi hal itu dilakukan tanpa adanya pembuktian apakah doktrin tersebut sungguh ada atau tidak," papar Ivan.
Menyoal keterlibatan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, menjadi salah satu pemeran di film ini? "Kang Dede Yusuf berperan sebagai Pembina Pramuka di film ini. Beliau merupakan pmipinan Kwarda (Kwartir Daerah) Pramuka Jawa Barat, sekaligus pernah menjalani profesi keaktoran. Jadi apa salahnya kebetulan beliau dapat membagi waktu. Dan menurut hemat kami, Pramuka adalah sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang semakin tidak banyak dilirik orang. Padahal Pramuka itu adalah sebuah institusi yang bisa menjadi wadah pembentukan karakter," jelas Ivan.
Emil Edhie Dharma, selaku Eksekutif Produser Global Picture, meyakini film bergenre drama anak-anak memiliki pangsa pasar tersendiri secara industri. Tetapi menurutnya film juga memuat sistem nilai yang tak hanya diukur berdasarkan kepentingan industri. "Film telah melahirkan berbagai produk rekayasa yang mampu merefleksikan akal budi, rasional dan emosional. Karena itu, untuk tidak kehilangan dimensi kulturalnya, dibutuhkan kreativitas dan strategi. Strategi yang dapat menjembatani dua kepentingan; yaitu film sebagai produk industri dan kultural," kata Emil.
Lebih jauh kata Emil, peluang kita mengisi pasar perfilman nasional masih sangat besar. Hal itu jika kita kaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia. "Sesuai jumlah penduduk, harusnya minimal kita punya 20 atau 40 judul film pertahun. Lalu dari segi kualitas industri, mestinya kita harus punya 5% sampai 10% yang box office. Sekitar 40% medium, sisanya film biasa saja enggak soal. Tapi apakah semua itu sudah memenuhi syarat. Saya kira biar para sineas muda yang menjawabya," papar Emil.
Komedi Petualangan Anak Indonesia
Cerita ini bermula dari kehidupan Jojo (Dandy Rainaldy) atau kerap dipanggil Jo yang gemar menonton film-film serem. Bocah 12 tahun ini putra semata wayang pasangan pengusaha muda sukses dan super sibuk. Jo kerap nonton film horor bersama para pembantunya. Sambil ketakutan dan sembunyi di balik selimut. Sementara para pembantunya, menjerit-jerit di kolong ranjang. Agar tidak punya hasrat keluar rumah, Papi Bo dan Mami Re, orang tua Jo, melengkapi rumahnya dengan fasilitas lengkap. Termasuk TV Plasma serta laptop canggih di kamar Jo.
Kebiasaan Jo nonton film serem alias film setan, diawali dari para pembantunya yang sering menakuti Jo dengan setan. Misalnya, jika malam hari Jo minta diantar keluar beli jajanan, mereka suka bilang sudah malam, banyak setan. Tapi Jo justru protes, memang setan ada bik? Tapi mereka justru meyakinkan Jo, setan itu ada. Buktinya seperti di desa mereka. Katanya, di desa itu ada sebuah rumah tua yang banyak dihuni setan. Selalu teriak di malam Jumat. Jo tanya apa mereka pernah liat sendiri hantunya. Mereka jawab, kenapa harus liat. Membayangkannya saja sudah menakutkan. Jo penasaran! Makanya Jo membayangkan setan itu dari film!
Paling mengerti obesei Jo adalah kedua sahabatnya. Yaitu Zee (Rizky Black), dan Flo (Stefani Husen), teman sekelas Jo. Flo yang bernama asli Florentcia ini, juga putri pengusaha kaya dan masih keturunan bule. Flo dididik orang tuanya berfikir logis. Selalu memandang sesuatu dari logika. Karenanya Flo tidak percaya setan. Tapi lucunya, Flo selalu mau saja dengar cerita Jo tentang seta. Dan Flo selalu ketakutan. Hebatnya juga Flo bersedia mencarikan buku-buku tentang setan atau bahkan searching di internet. Sebab Flo punya hobi dengan komputer. Flo dan Jo selalu berkomunikasi dengan webcam di lapto mereka. Seperti tentang persoalan pribadi Flo yang paling rahasia.
Sedangkan Zee yang bernama asli Muhammad Ziyad, tidak tertarik dengan kegilaan Jo lantaran Zee terlalu percaya dengan setan. Dan Zee amat sangat ketakutan. Paranoid! Zee bisa begitu karena sejak kecil, orang tua Zee selalu menakut-nakuti Zee. Bahkan mengancam setiap kali Zee merengek minta uang jajan. Mereka bilang, kalau Zee nangis terus, Zee mau ditaruh ditempat gelap biar dibawa Gondoruwo. Apa lagi Zee juga tinggal di kampung kumuh dengan sebuah pohon rindang yang dikramatkan. Akibatnya ancaman sejak kecil itu mendarah daging dipikirannya.
Cerita film berdurasi 110 menit ini, memang berfokus pada tiga karakter bernama Zee (Rizky Black), Flo (Stefhani Husen) dan Jo (Dandy Raidnaldy). Mereka adalah anak-anak usia belasan tahun sahabat satu sekolah. Memiliki karakter, tabiat, serta dibesarkan di lingkungan sosial berbeda. Awalnya mereka kesulitan berinteraksi. Namun sebuah kejadian kemudian membuat mereka bertiga menjadi sahabat karib. Selain satu sekolah mereka juga bergabung di organisasi kepramukaan. Suatu ketika tiga sekawan ini mengikuti kegiatan perkemahan (camping) di desa pembantu Joe dengan tujuan agar Zee beranai untuk ikutan camping ke Jatinagor. Di sinilah awal Zee, Flo, dan Jo terlibat suatu petualangan terkait dengan tahyul yang bahkan dipercayai oleh salah satu di antara ke-"Tiga Sekawan" ini.
Film 'Tiga Sekawan' melakukan syuting selama 30 shooting days. Berlangsung dari April hingga minggu awal Juni 2012, berlokasi di Gunung Puntang, Banjaran, Bandung Selatan. Persentase syuting sebanyak 80% di lokasi Gunung Puntang, Banjaran, Bandung Selatan. Persentase syuting sebanyak 80% di lokasi gunung Puntang dan 20% di Jakarta. Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia, mulai 24 Januari 2013.
"Film ini memiliki kekhasan dalam bertutur, baik dari sisi kreatif penciptaan karyanya, maupun pada aspek di luar karya. Film ini menjadi semacam pernyataan sosial. Menjadi landasan kebutuhan yang kuat di tengah langkanya tontonan untuk anak. Kami ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk anak. Kami ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk anak-anak menonton film, yang diharapkan akan menginspirasi mereka," terang Produser Global Pictures, Ferry Noerdin Lawadue, kepada para wartawan, dalam Jumpa Pers, sebelum nonton bareng film "Tiga Sekawan" di Bioskop XXI Plaza Senayan Jakarta, Minggu 20/01).
Industri perfilman Indonesia, kata Ferry, memang cukup gencar menghasilkan karya-karya terbaiknya. Namun menurutnya, film kategori tontonan untuk anak, secara kuantitas maupun kualitas jumlahnya masih minim. Sineas Indonesia, lanjut Ferry, seyogyanya memiliki keberpihakan kepada anak-anak Indonesia. Keberpihakan tersebut salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk edukasi positif dan kreatif melalui film.
"Film dapat menjadi media ekspresi, alat untuk bercerita. Film memiliki kekuatan influence bagi para penontonnya. Itu sebabnya melalui film ini kita harapkan anak-anak akan mendapat esensi makna yang kami sampaikan melalui estetika-estetika sederhana, dan semanusiawi mungkin. Sehingga setelah menonton mereka akan membawa pulang pesan sebagai sesuatu yang patut dicontoh, dan terhibur," ujar Ferry.
Saat ditanya mengenai muatan cerita film "Tiga Sekawan", sutradara Ivan Alvameiz, yang juga penulis skenarionya mengatakan, "Film ini berangkat dari sugesti dan doktrin yang kerap ditanamkan oleh para orang tua, bahwa anak-anak akan ditemui oleh mahluk semacam hantu, bila melanggar peratura yang dibuat oleh orang tua. Tapi hal itu dilakukan tanpa adanya pembuktian apakah doktrin tersebut sungguh ada atau tidak," papar Ivan.
Menyoal keterlibatan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, menjadi salah satu pemeran di film ini? "Kang Dede Yusuf berperan sebagai Pembina Pramuka di film ini. Beliau merupakan pmipinan Kwarda (Kwartir Daerah) Pramuka Jawa Barat, sekaligus pernah menjalani profesi keaktoran. Jadi apa salahnya kebetulan beliau dapat membagi waktu. Dan menurut hemat kami, Pramuka adalah sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang semakin tidak banyak dilirik orang. Padahal Pramuka itu adalah sebuah institusi yang bisa menjadi wadah pembentukan karakter," jelas Ivan.
Emil Edhie Dharma, selaku Eksekutif Produser Global Picture, meyakini film bergenre drama anak-anak memiliki pangsa pasar tersendiri secara industri. Tetapi menurutnya film juga memuat sistem nilai yang tak hanya diukur berdasarkan kepentingan industri. "Film telah melahirkan berbagai produk rekayasa yang mampu merefleksikan akal budi, rasional dan emosional. Karena itu, untuk tidak kehilangan dimensi kulturalnya, dibutuhkan kreativitas dan strategi. Strategi yang dapat menjembatani dua kepentingan; yaitu film sebagai produk industri dan kultural," kata Emil.
Lebih jauh kata Emil, peluang kita mengisi pasar perfilman nasional masih sangat besar. Hal itu jika kita kaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia. "Sesuai jumlah penduduk, harusnya minimal kita punya 20 atau 40 judul film pertahun. Lalu dari segi kualitas industri, mestinya kita harus punya 5% sampai 10% yang box office. Sekitar 40% medium, sisanya film biasa saja enggak soal. Tapi apakah semua itu sudah memenuhi syarat. Saya kira biar para sineas muda yang menjawabya," papar Emil.
Komedi Petualangan Anak Indonesia
Cerita ini bermula dari kehidupan Jojo (Dandy Rainaldy) atau kerap dipanggil Jo yang gemar menonton film-film serem. Bocah 12 tahun ini putra semata wayang pasangan pengusaha muda sukses dan super sibuk. Jo kerap nonton film horor bersama para pembantunya. Sambil ketakutan dan sembunyi di balik selimut. Sementara para pembantunya, menjerit-jerit di kolong ranjang. Agar tidak punya hasrat keluar rumah, Papi Bo dan Mami Re, orang tua Jo, melengkapi rumahnya dengan fasilitas lengkap. Termasuk TV Plasma serta laptop canggih di kamar Jo.
Kebiasaan Jo nonton film serem alias film setan, diawali dari para pembantunya yang sering menakuti Jo dengan setan. Misalnya, jika malam hari Jo minta diantar keluar beli jajanan, mereka suka bilang sudah malam, banyak setan. Tapi Jo justru protes, memang setan ada bik? Tapi mereka justru meyakinkan Jo, setan itu ada. Buktinya seperti di desa mereka. Katanya, di desa itu ada sebuah rumah tua yang banyak dihuni setan. Selalu teriak di malam Jumat. Jo tanya apa mereka pernah liat sendiri hantunya. Mereka jawab, kenapa harus liat. Membayangkannya saja sudah menakutkan. Jo penasaran! Makanya Jo membayangkan setan itu dari film!
Paling mengerti obesei Jo adalah kedua sahabatnya. Yaitu Zee (Rizky Black), dan Flo (Stefani Husen), teman sekelas Jo. Flo yang bernama asli Florentcia ini, juga putri pengusaha kaya dan masih keturunan bule. Flo dididik orang tuanya berfikir logis. Selalu memandang sesuatu dari logika. Karenanya Flo tidak percaya setan. Tapi lucunya, Flo selalu mau saja dengar cerita Jo tentang seta. Dan Flo selalu ketakutan. Hebatnya juga Flo bersedia mencarikan buku-buku tentang setan atau bahkan searching di internet. Sebab Flo punya hobi dengan komputer. Flo dan Jo selalu berkomunikasi dengan webcam di lapto mereka. Seperti tentang persoalan pribadi Flo yang paling rahasia.
Sedangkan Zee yang bernama asli Muhammad Ziyad, tidak tertarik dengan kegilaan Jo lantaran Zee terlalu percaya dengan setan. Dan Zee amat sangat ketakutan. Paranoid! Zee bisa begitu karena sejak kecil, orang tua Zee selalu menakut-nakuti Zee. Bahkan mengancam setiap kali Zee merengek minta uang jajan. Mereka bilang, kalau Zee nangis terus, Zee mau ditaruh ditempat gelap biar dibawa Gondoruwo. Apa lagi Zee juga tinggal di kampung kumuh dengan sebuah pohon rindang yang dikramatkan. Akibatnya ancaman sejak kecil itu mendarah daging dipikirannya.
Cerita film berdurasi 110 menit ini, memang berfokus pada tiga karakter bernama Zee (Rizky Black), Flo (Stefhani Husen) dan Jo (Dandy Raidnaldy). Mereka adalah anak-anak usia belasan tahun sahabat satu sekolah. Memiliki karakter, tabiat, serta dibesarkan di lingkungan sosial berbeda. Awalnya mereka kesulitan berinteraksi. Namun sebuah kejadian kemudian membuat mereka bertiga menjadi sahabat karib. Selain satu sekolah mereka juga bergabung di organisasi kepramukaan. Suatu ketika tiga sekawan ini mengikuti kegiatan perkemahan (camping) di desa pembantu Joe dengan tujuan agar Zee beranai untuk ikutan camping ke Jatinagor. Di sinilah awal Zee, Flo, dan Jo terlibat suatu petualangan terkait dengan tahyul yang bahkan dipercayai oleh salah satu di antara ke-"Tiga Sekawan" ini.
Film 'Tiga Sekawan' melakukan syuting selama 30 shooting days. Berlangsung dari April hingga minggu awal Juni 2012, berlokasi di Gunung Puntang, Banjaran, Bandung Selatan. Persentase syuting sebanyak 80% di lokasi Gunung Puntang, Banjaran, Bandung Selatan. Persentase syuting sebanyak 80% di lokasi gunung Puntang dan 20% di Jakarta. Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia, mulai 24 Januari 2013.
Label: film, iiih hantu, movie, tiga sekawan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda