Catatan Produksi Film Isyarat
Jenis Film Drama, Thriller - Pemain Asmirandah (Dewi), Prisia Nasution (Sisi), Abimana Aryasatya (Abimana), Revalina S. Temat (Maya), Dion Wiyoko, Taskia Namiya (Flora), Poppy Sofia (Oki) - Sutradara Asmirandah,Monty Tiwa, Adhyatmika, Donny Alamsyah, Reza Rahadian - Penulis Jujur Prananto, Titien Wattimena - Music Director Thoersi Argeswara - Sound Designer Satrio Budiono - Production Supervisor Garin Nugroho, Ray Nayoan, Dana Riza, Amrin - Executive Producer Garin Nugroho - Producer Asaf Antariksa, Anastasia Rina Damayanti, Ifa Isfansyah - Produksi Lingkar Alumni - Durasi 90 menit - Rilis 12 Desember 2013.
Sinopsis
Empat orang anak muda menemukan bahwa 'kemampuan' yang selama ini mereka sembunyikan dapat membawa perubahan. Film multiplot ini menceritakan kisah SISI (Prisia Nasution), DEWI (Asmirandah), MAYA (Revalina S Temat) dan FLORA (Taskia Namiya) yang harus memcahkan masalah menggunakan bakat mereka. Sisi, seorang janitor yang mempunyai kemampuan menerawang kejadian masa lampau menemukan bahwa 'aib' ini mirip dengan tato di tubuh OKI (Poppy Sofia). Dewi belajar baha kekuatan psikokinesisnya dapat melukai orang yang ia cintai, Maya menemukan bahwa membaca masa depannya sendiri jauh lebih sulit dibandingkan membaca masa depan orang lain, serta Daniel (Abimana) akhirnya mengerti bahwa memang bisa melihat dan merasakan dunia lain ketika mereka bertemu di dunia astral. Di balik serangkaian kisah acak ini ternyata ada seseorang yang berusaha mempertemukan mereka semua untuk sebuah rencana besar yang penuh misteri.
Info Film
Judul Film : ISYARAT
Durasi : 90 menit
Genre : Drama / Thriller
Tayang : 12 Desember 2013
Produksi : Lingkar Alumni
Catatan Produksi
Cast : Asmirandah, Prisia Nasution, Abimana Arayasatya, Revalina S. Temat, Dion Wiyoko.
Director : Asmirandah, Monty Tiwa, Adhyatmika, Donny Alamsyah, Reza Rahadian.
Executive Producer : Garin Nugroho
Producer : Asaf Antariksa, Anastasia Rina Damayanti, Ifa Isfansyah
Production Supervisor : Garin Nugroho, Ray Nayoan, Dana Riza, Amrin
Scriptwritter : Jujur Prananto Titien Wattimena
Music Director : Thoersi Argeswara
Sound Designer : Satrio Budiono
Catatan Sutradara
Adhyatmika (Mika) menyutradarai Flora:
"Teman-teman bisa bikin film, tapi bisa muter film di bioskop nggak? Di LA Lights Indie Movie inilah kesempatan teman-teman berkarya"
Reza Rahadian menyutradarai Gadis Indigo:
"Film ini adalah pure mengenai percintaan Romance antara Maya dan Ganda, dan latar belakang Maya yang punya kemampuan membaca sifat seseorang, memprediksi apa yang akan terjadi pada seseorang. Dirangkum jadi indigo"
Asmirandah menyutradarai Teman Bayangan:
"Saya menjadi tokoh utamanya sekaligus sutradarfa film ini. Ini adalah fokus yang harus saya bagi dua, fokus menjadi pemain dan fokus menjadi sutradara. Tapi kalau misalnya dibandingkan, keduanya punya kenikmatan yang berbeda. Dengan menjadi sutradara, saya bisa puas memvisualisasikan sesuatu. Itu beda rasanya. Alhamdulillah saya bisa memerankan dua karakter tersebut, karena memang dibantu dua tim yang solid juga. Saya beruntung banget ada mereka"
Monty Tiwa menyutradaai Lost And Found:
"Saya menggarap cerita komedi situasional yang absud tentang satu karakter tokohnya si Oki yang karena kebodohannya sendiri dia terjebak, sehingga dia harus ditolong oleh karakter Sisi yang kebetulan indigo"
Donny Alamsyah menyutradarai Tanda Bahaya:
"Film Tanda Bahaya yang saya sutradarai ini adalah film yang menceritakan bahwa manusia dalam keadaan yang terdesak atau sulit, manusia bisa lebih kejam dari binatang yang paling kejam"
Bio Pemain Film
Asmirandah
Asmirandah Zantman memulai karier di dunia hiburan tanah air lewat sinetron Kawin Gantung. Namanya mulai dikenal publik sejak membintangi beberapa sinetron seperti Inikah Rasanya? dan Cinta SMU 2. Asmirandah juga dikenal oleh publik di Indonesia melalui pekerjaannya sebagai bintang iklan televisi. Film layar lebar pertamanya berjudul Liar (2008), menyusul Ketika Cinta Bertasbih (2009). Dalam Mihrab Cinta (2010), Jakarta Hati (2012), dan Rectoverso (2013). Beberapa penghargaan-penghargaan pernah diraihnya, seperti Panasonic Awards 2012 dan Indonesia Kids Choice Awards 2013 untuk kategori Aktis Terfavorit.
Asmirandah mungkin salah satu sutradara yang bisa dikategorikan sebagai individu indigo karena ke-lebihannya memiliki lebih dari satu keahlian: menyanyi, berakting, ber-bisnis, dan kini menyutradarai. Asmirandah yang kerap disapa Andah ini pun menelurkan karya film pendek pertamanya di acara LA Lights Indiemovie tahun 2012 yang menang menjadi favorit penonton. Andah lalu percaya diri menerima tawaran menyutradarai 'TEMAN BAYANGAN' yang cukup sureal dan mengisahkan kisah cinta Dewi (Asmirandah) yang obsesif.
Jonas Rivanno
Jonas Rivanno Wattimena memulai debutnya di dunia entertainment sebagai pemenang dalam kategori Best Catwalk di ajang Coverboy majalah remaja pada tahun 2007. Hoki yang dimiliki mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Teknik Lingkungan ini cukup besar. Terbukti dengan peran pertama yang datang padanya Vanno langsung mendapat peran utama di debut sinetron yang diperaninya, Khanza bersama Velove Vexia.
Namanya mulai mencuat, dan mendapat beberapa tawaran sinetron, bahkan seringkali adalah sinetron kejar tayang. Sebut saja, Kawin Masal bersama Agnes Monica dan beradu akting dengan Dude Herlino serta Nikita Willy adalah beberapa sinetron yang ia perankan.
Prisia Nasution
Prisia Nasution lahir di Jakarta, 1 Juni 1984. Wanita cantik yang akrab disapa Pia ini sebelum terjun ke dunia film adalah seorang atlet basket dan model. Wajahnya sering tampil di berbagai FTV dan menjadi pembawa acara World Kick Off, Lensa Olahraga dan Termehek-Mehek. Film layar lebar pertamanya yang berjudul Sang Penari pula ia ikut perankan pada serial televisi Laskar Pelangi sebagai Ibu Muslimah.
Tahun 2013 sederetan film layar lebar diperankan oleh Prisia, seperti Rectoverso, Laura & Marsha, Jokowi, dan terakhir Sokola Rimba.
Poppy Sovia
Poppy Sovia mulai dikenal masyarakat luas setelah berperan dalam film layar lebar Mengejar Mas-Mas bersama Dinna Olivia dan Dwi Sasono. Bahkan berkat perannya sebagai Shanaz. Poppy masuk dalam daftar nominator Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2007. Selain bermain film, Poppy juga bermain dalam sejumlah film televisi. Sejumlah layar lebar pernah dilakoninya, seperti The Butterfly (2007), Otomatis Romantis (2008), Barbi3 (2008), Kalau Cinta Jangan Cengeng (2009), Catatan (Harian) Si Boy (2011), Hi5teria (2012) dan Sule Detektif Tokek (2013).
Revalina S. Temat
Karir Revalina S. Temat diawali sebagai bintang model, kemudian melebar sebagai aktris sinetron, layar lebar, dan menjadi model iklan. Pada tahun 2006, Reva, demikian panggilan akrabnya, menjajal layar lebar dengan membintangi film Pocong 2. Selanjutnya beberapa film pun dilakoninya, seperti Oh My God (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Satu Jam Saja (2010), ? (aka Tanda Tanya 2011). Pada tahun 2009 lewat film Perempuan Berkalung Sorban, Reva meraih penghargaan pertamanya sebagai pemeran utama wanita terbaik di Festival Film Indonesia 2009 dan sebagai Pemeran Utama Wanita Terfavorit di ajang Indonesian Movie Awards 2009. Reva pun turut membintangi sebuah drama kolaborasi antara Indonesia dan Korea berjudul Saranghae, I Love You, berpasangan dengan penyanyi asal Korea, Tim Hwang.
Dion Wiyoko
Dion Wiyoko memulai karirnya di dunia entertainment sebagai model di majalah remaja. Film pertamanya adalah Kuntilanak Beranak yang dirilis tahun 2009 yang kemudian disusul film berikutnya Serigala Terakhir dimana ia berperan sebagai Lukman masih ditahun yang sama. Kemudian ditahun 2011 ia turut serta dalam film Khalifah. Tahun 2012, ada 5 film yang dibintangi Dion, sebut saja Hi5teria, Hattrick, Cinta di Saku Celana, Loe Gue End, Jakarta Hati.
Abimana Aryasatya
Perjalanan Abimana Aryasatya di dunia sinema berawal pada tahun 1995. Pria yang sempat menjajal peruntungan sebagai model ini mengenal industri perfilman dari seorang temannya. Abi mulai ditawari menjadi figuran di beberapa sinetron, salah satunya yang terkenal adalah sinetron remaja Lupus Milenia. Abimana memulai karier di dunia hiburan dengan tampil di layar kaca dengan nama Robertino. Pada tahun 2011, ia tampil dalam film Catatan (Harian) Si Boy. Dan ia kembali bermain dalam film layar lebar pada tahun 2012, sebagai pemeran utama untuk judul Republik Twitter. Selain itu, masih di tahun 2012, ia juga didaulat untuk membintangi judul Dilema, Keumala, Sang Pialang, Belenggu dan Coboy Jr. The Movie.
Bio Pembuat Film
Monty Tiwa (Sutradara)
Monty Tiwa adalah filmmaker multi-talented yang memiliki kemampuan tak hanya dalam penyutradaraan saja, tapi juga penulisan skenario, editing sampai menciptakan lagu soundtrack dan menjadi produser untuk film yang diproduksinya. Sarjana lulusan Universitas Kansas, Amerika Serikat ini pernah meraih penghargaan scenario terbaik Piala Vidia FFI 2005 untuk film cerita lepas Juli di Bulan Juni, Penata Sunting Terbaik Piala Vidia FFI 2006 untuk Ujang Pantry 2 dan Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik Piala Citra FFI untuk Denias, Senandung di Atas Awan. Dalam ISYARAT, Monty menggarap cerita 'LOST N FOUND' yang menginterpretasi individu indigo bernama SISI (Prisia Nasution) yang bisa menemukan berbagai benda-benda yang hilang atau berpindah tempat. Kisah cinta dalam cerita ini pun turut mengalami masa 'hilang' dan 'menemukan kembali' sesuai judul ceritanya.
Adhyatmika (Sutradara)
Adhyatmika atau biasa dipanggil Mika merupakan finalis LA Lights Indiemovie yang dengan membanggakan karena karyanya 'Democrazy is Yet to Learn' memenangkan kompetisi yang membawanya ke Markas Besar PBB di Amerika Serikat dan mendapat penghargaan dari Hillary Clinton. Sarjana lulusan The Puttnam School of Film, Lasalle College of The Arts, Singapura ini memiliki banyak karya film pendek, seperti 10000 Kaki (2006), Black Box (2006), I'm Saved! (2007), Family Lies (2009), The Lost Portrait (2011), Punchline (2012). 'Flora' adalah tentang individu indigo yang nyaris kandas cintanya karena ia sering dianggap 'orang aneh'.
Donny Alamsyah (Sutradara)
Donny Alamsyah mulai dikenal luas setelah ikut berperan dalam film layar lebar 9 Naga pada tahun 2006. Setelah itu ia kembali muncul dalam rentetan film-film action yang mengharukan ia untuk berlaga, seperti Merah Putih, Merantau, Darah Garuda dan yang terbaru, The Raid. Ia juga membintangi beberapa video musik dari Ungu, Ari Lasso, Andra & The Backbone dan masih banyak lainnya. Ia dinominasikan sebagai aktor terbaik dalam Festival Film Indonesia 2008 dalam film Fiksi. Dalam film Isyarat, Donny dipercaya menyutradarai salah satu cerita ber-judul 'TANDA BAHAYA' Donny juga menggarap cerita ini sebagai cerita yang full action dibantu oleh Jonathan Ozo, seorang fighting instructor professional.
Reza Rahadian (Sutradara)
Reza memulai awal karier di dunia hiburan dengan menjadi seorang model dengan meraih juara Favorite Top Guest salah satu majalah remaja tahun 2004. Karier dari Reza semakin menanjak dengan bermain dalam film layar lebar Film Horor. Lewat film Perempuan Berkalung Sorban, ia meraih Piala Citra 2009 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan penghargaan IMA Indonesia Movie Awards, satu untuk Aktor Pendukung Terbaik. Pada tahun berikutnya, ia juga meraih Piala Citra untuk kategori pemeran Utama Pria Terbaik lewat film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta. Pada tahun 2013, Reza berhasil meraih Piala Layar Emas IMA untuk kategori Pemeran Utama Pria Terfavorit di film Habibie & Ainun.
Selain Reza terjun di dunia perfilman, ia mencoba di dunia tarik suara. Pada tahun 2012 ia berduet dengan Acha Septriasa dalam single untuk soundtrack film Brokenhearts yang berjudul Broken Hearts. Aktor berprestasi ini juga bisa dikategorikan dalam individu indigo karena bakatnya yang menonjol. Reza yang sudah lama tertarik menyutradarai pun termasuk 'lulusan' LA Lights Indiemovie yang filmnya menang dan menjadi favorit penonton. Untuk cerita di 'Isyarat', Reza menggarap 'Gadis Indigo' bernama Maya yang diperankan oleh Revalina.
Garin Nugroho
Sutradara kelahiran 6 Juni 1961 di Yogyakarta ini adalah lulusan IKJ dan Universitas Indonesia. Pluralisme menjadi kunci utama dalam hampir setiap karyanya. Karya-karya Garin Nugroho sudah banyak mencatat penghargaan, baik di dalam negeri maupun internasional. Sebut saja Asia Pacific Film Festival, Taormina Film Festival, Tokyo International Film Festival dan Berlin International Film Festival. Dalam dua film terbarunya. Mata Tertutup dan Soegija, ia membuka ruang diskusi mengenai topik tersebut. Karya-karya Garin Nugroho tidak terbatas hanya di layar lebar semata. Ia juga kini menyutradarai pertunjukan panggung seperti Trilogi Opera Jawa, yang sedang ia persiapkan bagian terakhir dengan judul Opera Hanoman.
Ifa Isfansyah (Producer)
Sineas muda lulusan Jurusan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini adalah salah satu pendiri Komunitas film independen di Yogyakarta, Four Colours Community. Komunitas ini aktif memproduksi film-film pendek independen. Film pendek pertamanya, Air Mata surga (menyutradarai bersama Eddi Cahyono), diundang oleh Festival Film - Video Indonesia 2002 sebagai film pembuka. Film Garuda di Dadaku merupakan debut film pertamanya untuk Mizan Pictures. Pada 2011, melalui film layar lebar keduanya, Sang Penari, Ifa meraih penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2011 sebagai sutradara terbaik. Awal tahun 2013 menggarap film 9 Summers 10 Autumn, yang ceritanya diambil dari novel best seller dengn judul yang sama.
Anastasia Rina Damayanti (Producer)
Lulusan Ilmu Komunikasi UGM dan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini, bergabung dengan SET Film Production sejak tahun 2001 sebagai Producer. Dan selama ini menjadi tim producer film-film yang disutradarai oleh Garin Nugroho antara lain : Off Love and Eggs (2004), Opera Jawa (2007), Under The Tree (2008), Slank-Generasi Biru (2009), Isyarat (2013), dan lain-lain. Tahun 2008 terpilih sebagai salah satu Finalist International Young Creative Enterpreneur (IYCE) Award 2008 dari British Council di bidang Film. Saat ini ia mengajar juga di Institut Kesenian Jakarta.
Asaf Antariksa (Producer)
Lebih dari 20 tahun bergelut di dunia pertelevisian (Indosiar, TransTV, SCTV, TV7, ANTV), Asaf Antariksa mulai berkecimpung di dunia perfilman pada tahun 2009 saat menjadi produser kreatif di SET FILM untuk menggeluti secara langsung sisi kreatif dan produksi film dan audio-visual. Sarjana jurusan Sosiologi Universitas Indonesia ini menjadi dosen pengajar tamu di beberapa Universitas untuk jurusan Broadcasting.
Dana Riza (Production Supervisor)
Dana Riza adalah sutradara Creative Multimedia, yang lahir di Makasar, 28 Juni 1968. Ia bekerja di Jakarta sebagai desainer dan digital artis yang telah berkecimpung selama sekitar sepuluh tahun dalam pembuatan video, efek visual, dan produksi animasi. Dana Riza sudah merancang dan memprouksi beberapa program seri untuk anak-anak di televisi nasional, serta memproduseri dan menyutradarai program edukasi. Lima tahun belakangan ini, ia terlibat dalam kegiatan bersama Asosiasi Animasi dan Industri Konten Indonesia (Ainaki).
Ray Nayoan (Production Supervisor)
Ray Nayoan adalah Program Director untuk LA Indie Movie yang diprakarsai oleh SET Film Workshop dan LA Lights. Lulusan University of Western Ontario Canada pada tahun 2005 ini aktif berpartisipasi dalam event film seperti ReelheART International Film Festival Toronto 2006. Salah satu founder Boemboe.org ini juga menyutradarai beberapa judul film pendek seperti "Peeper" (2007). "Dongeng Ksatria" (2012), dan "Grady the Healer" (2013). "Peeper" yang tergabung dalam rangkaian antologi "Takut" berhasil masuk daftar putar pada Indonesia International Fantastic Film Festival (INAFFF) 2008. Film terakhirnya, "Grady the Healer" yang bertajuk dokumenter, pada tahun ini berhasil masuk ke beberapa festival film international seperti IDFA di Amsterdam, Jakarta International Film Festival (JIFFest), dan Duisburger Filmwoche Festival di Jerman.
Jujur Prananto (Scripwritter)
Jujur Prananto mengawali kariernya sebagai penulis cerpen yang karya-karyanya beberapa kali muncul di Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas. Lulus dari Institut Kesenian Jakarta, Jujur Prananto memulai kariernya di tahun 1985 dalam bidang perfilman sebagai pencatat skirp dan asisten sutradara. Namanya sebagai penulis skenario melejit saat ia terlibat dalam pembuatan film Petualangsn Sherina dan Ada Apa dengan Cinta (2002). Atas karyanya di film tersebut, ia dianugerahi trofi "Skenario Terpuji" dari Festival Film Bandung. Deretan skenario untuk film layar lebar karya Jujur Prananto semakin panjang setelah kesuksesan dua film tersebut antara lain Ungu Violet, Cintapuccino juga terlibat sebagai penulis skenario dalam film ISYARAT di Indiemovie Goes To Cinema.
Titien Wattimena (Scripwritter)
Titien Wattimena mengawali karier sebagai asisten sutradara untuk video klp iklan televisi, dan profil video. Kemudian menjadi asisten sutradara untuk Rudi Soedjarwo sekaligus untuk pertama kali menulis skenario untuk film Mengejar Matahari. Setelah itu kariernya sebagai penulis skenario pun berkembang sambil tetap menjadi asisten sutradara film. Sebagai penulis scenario. Titien pernah dinominasikan pada Festival Film Indonesia 2005 untuk film Tentang dia. Prestasinya di dunia Internasional beberapa penghargaan diraihnya, seperti Bali International Film Festival 2008 (LOVE), International Film Festival Rotterndam 2011, Hongkong Film Festival 2011. Udine Far East Film Festival, Italy, 2011, dan Jeonju Film Festival Korea 2011.
Thoersi Argeswara (Music Director)
Thoersi Argeswara adalah komposer atau music director Indonesia yang namanya terkenal di dalam dan luar negeri. Ia adalah lulusan Music Composition CSU Northridge, California, Amerika Serikat. Dalam dunia sinema, tanggung jawabnya adalah membuat film scorint atau musik film yakni musik yang menjadi latar dari sebuah adegan dalam film. Terjun pertama kali ke dunia ilustrasi musik untuk film ketika ia menerima ajakan Sentot Sahid - sutradara dan editor, terlibat dalam produksi film Kuldesak (1997). Berbagai penghargaan pun pernah diraihnya, seperti Nominator Asia Pacific Film Festival (2001) film Pasir Berbisik, sebagai Ilustrasi Musik Terbaik lewat film GIE (2005) di ajang Festival Film Indonesia.
Satrio Budiono (Sound Designer)
Lulusan FISIP Unpar jurusan Administrasi Niaga ini pertama kali berkecimpung dalam bidang produksi film di Petualangan Sherina (1998). Sejak saat itu ia jatuh cinta dengan dunia film, dan telah menjadi penata suara di lebih dari 140 film layar lebar produksi dalam negeri maupun international. Pria yang kerap dipanggil Yoyo ini, ternyata juga adalah seorang anak band ketika masih SMA dan kuliah, dan hal itu memberikan keuntungan sendiri bagi profesinya saat ini. "Basicnya saya dulu nge-band, jadi saya tahu dasar dari penataan suara," jelasnya. Selebihnya, ilmu tentang penataan suara dalam sebuah film ia pelajari secara otodidak. Sederetan judul film terkenal sudah digarapnya. Sebut saja Ada Apa dengan Cinta, Arisan, Gie, Berbagi Suami, Fiksi, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Sang Pencerah, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Habibie & Ainun.
Yadi Sugandi (Director Of Photography)
Namanya tak asing lagi di dunia perfilman Indonesia. Pria kelahiran Cirebon, 15 September 1958 ini awalnya belajar fotografi secara otodidak, dan sempat menjadi videografer untuk pesta pernikahan. Tak sempat menamatkan kuliahnya di IKJ, ia berjanji akan "balas dendam" dan berkecimpung di dunia film. Awalnya ia magang menjadi penjaga alat, sampai akhirnya ia dipercaya sebagai juru kamera. Kepercayaan itu berlanjut hingga ia terlibat dalam pembuatan company profile, iklan, dan film dokumenter.
Tentang Lingkar Alumni
Di tahun ketujuh LA Lights Indie Movie telah berhasil mengumpulkan puluhan ribu anak muda kreatif. Mereka kini melebur menjadi satu dan menamakan diri mereka sebagai "LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE" yang mempunyai visi dan misi sebagai wadah berkumpulnya para filmmaker muda maupun alumni LA Lights Indie Movie untuk membangun jaringan serta mengembangkan kreativitas mereka di bidang perfilman. Dengan membawa semangat "INDIE MOVIE GOES TO CINEMA". mereka membuat gebrakan yakni mempersembahkan film-film pendek mereka ke layar bioskop nasional. Sebagai karya perdana yang lahir dari gerakan dukung film indie masuk bioskop, LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE menginisiasi lahirnya sebuah karya film layar lebar berjudul "ISYARAT". Dan ke depan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini akan terus mempersembahkan film-film kreatif sambil terus mengembangkan community enterpreneurship.
LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE bergerak melalui dua cara online dan offline. Forum online diakomodasi oleh Admin LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE dan SERAMBI SET Film dengan kontributor profesional dan dari anggota LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE sendiri. Sedangkan aktivitas di forum offline akan berfokus pada program-program non-reguler yang dimulai secara online namun pada pelaksanaannya nanti akan tersaji dalam bentuk offline event.
Program utama dar aktivitas ini adalah off-screen project. Sebuah program berupa penawaran terbuka (open-pitching) di mana anggota LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE diminta melontarkan ide dan solusi atas berbagai macam tantangan dari admin. Ide dan solusi terbaik akan dipilih oleh tim juri untuk kemudian direalisasikan bersama para peserta yang idenya terpilih dengan dibantu oleh pihak panitia pelaksana dan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE. Keanggotaan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE tidak hanya mereka yang pernah terdaftar sebagi peserta maupun terlibat dalam program LA Lights Indie Movie, tapi juga terbuka bagi anak-anak muda yang punya passion untuk berkreasi dan berkarya di bidang film. Ayo segera daftar dan ikuti berbagai program menarik dari LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE dengan melakukan registrasi dan membuat user ID situs LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE.
ISYARAT bisa dicek di www.isyaratthemovie.com / http://www.laindiemovie.com
Twitter : @_isyarat
FB : LA Lights Indie Movie, www.enjoyindiemovie.blogspot.com
Isyarat
Sebuah Film Layar Lebar Perdana
Karya Lingkar Alumni Indie Movie
Tujuh tahun sudah perjalanan LA Lights Indie Movie bekerjasama dengan rumah produksi milik Garin Nugroho, Serambi SET Film sebagai bentuk usaha nyata ingin melahirkan anak-anak muda kreatif dan berbakat di bidang seni film dalam memasuki industri perfilman Indonesia.
Bukan perjalanan yang singkat dan mudah, namun selama tujuh tahun berjalan telah banyak karya film pendek yang diproduksi oleh anak-anak muda berbakat ini. Sebut saja Ifa Isfansyah, Sammaria Simanjuntak, Jaka Triadi, dan lainnya. Beberapa artis terkenal juga pernah bergabung dalam komunitas ini untuk belajar bagaimana memproduksi sebuah film. Seperti Lukman Sardi (film Sang Penjait), Wulan Guritno (film Bidan Lelaki), Raffi Ahmad (film Barbie), Luna Maya (film Suci and the City).
Di tahun ketujuh LA Lights Indie Movie telah berhasil menggumpulkan puluhan ribu anak muda kreatif. Mereka kini melebur menjadi satu dan menamakan diri mereka sebagai "LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE" yang mempunyai visi dan misi sebagai wadah berkumpulnya para filmmaker muda maupun alumni LA Lights Indie Movie untuk membangun jaringan serta mengembangkan kreatifitas mereka di bidang perfilman. Dengan membawa semangat "INDIE MOVIE GOES TO CINEMA", mereka membuat gebrakan baru yakni mempersembahkan film-film pendek mereka ke layar bioskop nasional. Dan ke depan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini akan terus mempersembahkan film-film kreatif sambil terus mengembangkan community entrepreneurship.
Sebagai karya perdana yang lahir dari gerakan dukung film indie masuk bioskop, LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE menginisiasi lahirnya sebuah karya film layar lebar berjudul "ISYARAT".
Film omnibus berisi lima cerita ini terasa istimewa karena digarap lima sutradara dengan latar belakang berbeda (aktor, aktris, sutradara profesional, sutradara film Indie) bekerja sama dengan kru LINGKAR ALUMNI MOVIE dan didukung oleh kru professional perfilman Indonesia yang pernah terlibat dalam LA Lights Indie Movie.
Sebanyak lima sutradara telah dipilih untuk menggarap lima film cerita pendek berkait yakni Monty Tiwa, Asmirandah, Reza Rahadian, dan Donny Alamsyah, serta finalis indiemovie yakni Adhiyatmika. Tema yang diangkat adalah tentang fenomena anak-anak muda yang memiliki 'kelebihan' atau yang sering disebut dengan istilah "gifted people".
"Terpilihnya lima sutradara tersebut dengan alasan mereka kita pandang telah menunjukkan bakat sekaligus passion yang luar biasa untuk terus berkiprah di film. Dua hal utama tersebut yang mendasari pemilihan kita pada 5 sutradara terpilih ini," kata Ifa Isfansyah selaku salah satu Producer film ini. Untuk cerita ISYARaT, penulisan skenarionya dipercayakan pada dua penulis skenario kawakan yakni Titien Wattimena dan Jujur Prananto.
Para aktor dan aktris muda pemain watak berprestasi seperti Prisia Nasution, Revalina S. Temat, Adinia Wirasti, Dion Wiyoko, Abimana Aryasatya, dan Poppy Sovie digandeng untuk memerankan karakter-karakter baik sebagai individu yang punya kelebihan atau mereka yang hidupnya mengalami perubahan setelah berkenalan dengan 'gifted people' dalam masing-masing cerita.
Dari sisi produksi, para filmmmaker senior Yadi Sugandi, Faozan Rizal, Editor Andhy Pulung, Ifa Isfansyah, Satrio Budiono, Thoersi Argeswara pun berbagi ruang kolaborasi dengan para finalis LA Lights Indiemovie dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bandung yang terbagi-bagi di berbagai divisi. Mulai dari divisi produksi, editing, kamera, art, wardrobe dan make up, hingga penyutradaran.
Soal tema cerita, salah satu Tim Production Supervisor, Ray Nayoan mengungkapkan terjadinya salah kaprah dalam masyarakat terhadap 'kemampuan indra keenam' yang sering dikaitkan dengan hal mistis - sementara hal ini justru sangat scientific, semakin mendorong para filmmaker ini untuk membuat sebuah tontonan yang mengangkat sisi lain dari kemampuan tersebut.
"Sebelum berangkat mengangkat tema fenomena indigo untuk menjadi benang merah film, kami melakukan riset dengan menemui orang-orang yang diakui sebagai 'indigo'. Hasil riset ini kita olah menjadi ide cerita dan kita matangkan dengan para penulis skenario dan calon sutradara yang kemudian juga melakukan riset tambahan sebelum mereka jalan dengan cerita interpretasi mereka masing-masing," ujar Ray.
Di mata pihak penyelenggaraan, dengan diangkatnya tema ini dari sisi produksi membuat ruang kreativitas para filmmaker, mujlai dari penulis skenario, sutradara dan tim lainnya menjadi terbuka sangat luas. "Kami selalu menekankan pentingnya eksplorasi kreatifitas setap filmmaker yang terlibat dalam produksi film-film pendek program LA Lights Indiemovie," ujar Rina Damayanti, salah satu producer film.
"Apalagi dengan konsep baru 'Indie Movie Goes to Cinema' ini, kami ingin sekali mengangkat tema unik yang worth talked about dan belum pernah di angkat di film layar lebar Indonesia sebelumnya," tambah Rina.
Sementara bagi sineas Garin Nugroho yang juga Produser Eksekutif film ISYARAT mengungkapkan. "hadirnya film ISYARAT diharapkan dapat menjadi sebuah lokomotif bagi anak muda, baik yang tergabung dalam LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE maupun yang belum untuk lebih termotivasi dalam berkarya di bidang seni film."
Seperti apa hasil karya anak-anak muda kreatif LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini, saksikan film "ISYARAT" di bioskop mulai 12 Desember 2013.
Sinopsis
Empat orang anak muda menemukan bahwa 'kemampuan' yang selama ini mereka sembunyikan dapat membawa perubahan. Film multiplot ini menceritakan kisah SISI (Prisia Nasution), DEWI (Asmirandah), MAYA (Revalina S Temat) dan FLORA (Taskia Namiya) yang harus memcahkan masalah menggunakan bakat mereka. Sisi, seorang janitor yang mempunyai kemampuan menerawang kejadian masa lampau menemukan bahwa 'aib' ini mirip dengan tato di tubuh OKI (Poppy Sofia). Dewi belajar baha kekuatan psikokinesisnya dapat melukai orang yang ia cintai, Maya menemukan bahwa membaca masa depannya sendiri jauh lebih sulit dibandingkan membaca masa depan orang lain, serta Daniel (Abimana) akhirnya mengerti bahwa memang bisa melihat dan merasakan dunia lain ketika mereka bertemu di dunia astral. Di balik serangkaian kisah acak ini ternyata ada seseorang yang berusaha mempertemukan mereka semua untuk sebuah rencana besar yang penuh misteri.
Info Film
Judul Film : ISYARAT
Durasi : 90 menit
Genre : Drama / Thriller
Tayang : 12 Desember 2013
Produksi : Lingkar Alumni
Catatan Produksi
Cast : Asmirandah, Prisia Nasution, Abimana Arayasatya, Revalina S. Temat, Dion Wiyoko.
Director : Asmirandah, Monty Tiwa, Adhyatmika, Donny Alamsyah, Reza Rahadian.
Executive Producer : Garin Nugroho
Producer : Asaf Antariksa, Anastasia Rina Damayanti, Ifa Isfansyah
Production Supervisor : Garin Nugroho, Ray Nayoan, Dana Riza, Amrin
Scriptwritter : Jujur Prananto Titien Wattimena
Music Director : Thoersi Argeswara
Sound Designer : Satrio Budiono
Catatan Sutradara
Adhyatmika (Mika) menyutradarai Flora:
"Teman-teman bisa bikin film, tapi bisa muter film di bioskop nggak? Di LA Lights Indie Movie inilah kesempatan teman-teman berkarya"
Reza Rahadian menyutradarai Gadis Indigo:
"Film ini adalah pure mengenai percintaan Romance antara Maya dan Ganda, dan latar belakang Maya yang punya kemampuan membaca sifat seseorang, memprediksi apa yang akan terjadi pada seseorang. Dirangkum jadi indigo"
Asmirandah menyutradarai Teman Bayangan:
"Saya menjadi tokoh utamanya sekaligus sutradarfa film ini. Ini adalah fokus yang harus saya bagi dua, fokus menjadi pemain dan fokus menjadi sutradara. Tapi kalau misalnya dibandingkan, keduanya punya kenikmatan yang berbeda. Dengan menjadi sutradara, saya bisa puas memvisualisasikan sesuatu. Itu beda rasanya. Alhamdulillah saya bisa memerankan dua karakter tersebut, karena memang dibantu dua tim yang solid juga. Saya beruntung banget ada mereka"
Monty Tiwa menyutradaai Lost And Found:
"Saya menggarap cerita komedi situasional yang absud tentang satu karakter tokohnya si Oki yang karena kebodohannya sendiri dia terjebak, sehingga dia harus ditolong oleh karakter Sisi yang kebetulan indigo"
Donny Alamsyah menyutradarai Tanda Bahaya:
"Film Tanda Bahaya yang saya sutradarai ini adalah film yang menceritakan bahwa manusia dalam keadaan yang terdesak atau sulit, manusia bisa lebih kejam dari binatang yang paling kejam"
Bio Pemain Film
Asmirandah
Asmirandah Zantman memulai karier di dunia hiburan tanah air lewat sinetron Kawin Gantung. Namanya mulai dikenal publik sejak membintangi beberapa sinetron seperti Inikah Rasanya? dan Cinta SMU 2. Asmirandah juga dikenal oleh publik di Indonesia melalui pekerjaannya sebagai bintang iklan televisi. Film layar lebar pertamanya berjudul Liar (2008), menyusul Ketika Cinta Bertasbih (2009). Dalam Mihrab Cinta (2010), Jakarta Hati (2012), dan Rectoverso (2013). Beberapa penghargaan-penghargaan pernah diraihnya, seperti Panasonic Awards 2012 dan Indonesia Kids Choice Awards 2013 untuk kategori Aktis Terfavorit.
Asmirandah mungkin salah satu sutradara yang bisa dikategorikan sebagai individu indigo karena ke-lebihannya memiliki lebih dari satu keahlian: menyanyi, berakting, ber-bisnis, dan kini menyutradarai. Asmirandah yang kerap disapa Andah ini pun menelurkan karya film pendek pertamanya di acara LA Lights Indiemovie tahun 2012 yang menang menjadi favorit penonton. Andah lalu percaya diri menerima tawaran menyutradarai 'TEMAN BAYANGAN' yang cukup sureal dan mengisahkan kisah cinta Dewi (Asmirandah) yang obsesif.
Jonas Rivanno
Jonas Rivanno Wattimena memulai debutnya di dunia entertainment sebagai pemenang dalam kategori Best Catwalk di ajang Coverboy majalah remaja pada tahun 2007. Hoki yang dimiliki mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Teknik Lingkungan ini cukup besar. Terbukti dengan peran pertama yang datang padanya Vanno langsung mendapat peran utama di debut sinetron yang diperaninya, Khanza bersama Velove Vexia.
Namanya mulai mencuat, dan mendapat beberapa tawaran sinetron, bahkan seringkali adalah sinetron kejar tayang. Sebut saja, Kawin Masal bersama Agnes Monica dan beradu akting dengan Dude Herlino serta Nikita Willy adalah beberapa sinetron yang ia perankan.
Prisia Nasution
Prisia Nasution lahir di Jakarta, 1 Juni 1984. Wanita cantik yang akrab disapa Pia ini sebelum terjun ke dunia film adalah seorang atlet basket dan model. Wajahnya sering tampil di berbagai FTV dan menjadi pembawa acara World Kick Off, Lensa Olahraga dan Termehek-Mehek. Film layar lebar pertamanya yang berjudul Sang Penari pula ia ikut perankan pada serial televisi Laskar Pelangi sebagai Ibu Muslimah.
Tahun 2013 sederetan film layar lebar diperankan oleh Prisia, seperti Rectoverso, Laura & Marsha, Jokowi, dan terakhir Sokola Rimba.
Poppy Sovia
Poppy Sovia mulai dikenal masyarakat luas setelah berperan dalam film layar lebar Mengejar Mas-Mas bersama Dinna Olivia dan Dwi Sasono. Bahkan berkat perannya sebagai Shanaz. Poppy masuk dalam daftar nominator Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2007. Selain bermain film, Poppy juga bermain dalam sejumlah film televisi. Sejumlah layar lebar pernah dilakoninya, seperti The Butterfly (2007), Otomatis Romantis (2008), Barbi3 (2008), Kalau Cinta Jangan Cengeng (2009), Catatan (Harian) Si Boy (2011), Hi5teria (2012) dan Sule Detektif Tokek (2013).
Revalina S. Temat
Karir Revalina S. Temat diawali sebagai bintang model, kemudian melebar sebagai aktris sinetron, layar lebar, dan menjadi model iklan. Pada tahun 2006, Reva, demikian panggilan akrabnya, menjajal layar lebar dengan membintangi film Pocong 2. Selanjutnya beberapa film pun dilakoninya, seperti Oh My God (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Satu Jam Saja (2010), ? (aka Tanda Tanya 2011). Pada tahun 2009 lewat film Perempuan Berkalung Sorban, Reva meraih penghargaan pertamanya sebagai pemeran utama wanita terbaik di Festival Film Indonesia 2009 dan sebagai Pemeran Utama Wanita Terfavorit di ajang Indonesian Movie Awards 2009. Reva pun turut membintangi sebuah drama kolaborasi antara Indonesia dan Korea berjudul Saranghae, I Love You, berpasangan dengan penyanyi asal Korea, Tim Hwang.
Dion Wiyoko
Dion Wiyoko memulai karirnya di dunia entertainment sebagai model di majalah remaja. Film pertamanya adalah Kuntilanak Beranak yang dirilis tahun 2009 yang kemudian disusul film berikutnya Serigala Terakhir dimana ia berperan sebagai Lukman masih ditahun yang sama. Kemudian ditahun 2011 ia turut serta dalam film Khalifah. Tahun 2012, ada 5 film yang dibintangi Dion, sebut saja Hi5teria, Hattrick, Cinta di Saku Celana, Loe Gue End, Jakarta Hati.
Abimana Aryasatya
Perjalanan Abimana Aryasatya di dunia sinema berawal pada tahun 1995. Pria yang sempat menjajal peruntungan sebagai model ini mengenal industri perfilman dari seorang temannya. Abi mulai ditawari menjadi figuran di beberapa sinetron, salah satunya yang terkenal adalah sinetron remaja Lupus Milenia. Abimana memulai karier di dunia hiburan dengan tampil di layar kaca dengan nama Robertino. Pada tahun 2011, ia tampil dalam film Catatan (Harian) Si Boy. Dan ia kembali bermain dalam film layar lebar pada tahun 2012, sebagai pemeran utama untuk judul Republik Twitter. Selain itu, masih di tahun 2012, ia juga didaulat untuk membintangi judul Dilema, Keumala, Sang Pialang, Belenggu dan Coboy Jr. The Movie.
Bio Pembuat Film
Monty Tiwa (Sutradara)
Monty Tiwa adalah filmmaker multi-talented yang memiliki kemampuan tak hanya dalam penyutradaraan saja, tapi juga penulisan skenario, editing sampai menciptakan lagu soundtrack dan menjadi produser untuk film yang diproduksinya. Sarjana lulusan Universitas Kansas, Amerika Serikat ini pernah meraih penghargaan scenario terbaik Piala Vidia FFI 2005 untuk film cerita lepas Juli di Bulan Juni, Penata Sunting Terbaik Piala Vidia FFI 2006 untuk Ujang Pantry 2 dan Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik Piala Citra FFI untuk Denias, Senandung di Atas Awan. Dalam ISYARAT, Monty menggarap cerita 'LOST N FOUND' yang menginterpretasi individu indigo bernama SISI (Prisia Nasution) yang bisa menemukan berbagai benda-benda yang hilang atau berpindah tempat. Kisah cinta dalam cerita ini pun turut mengalami masa 'hilang' dan 'menemukan kembali' sesuai judul ceritanya.
Adhyatmika (Sutradara)
Adhyatmika atau biasa dipanggil Mika merupakan finalis LA Lights Indiemovie yang dengan membanggakan karena karyanya 'Democrazy is Yet to Learn' memenangkan kompetisi yang membawanya ke Markas Besar PBB di Amerika Serikat dan mendapat penghargaan dari Hillary Clinton. Sarjana lulusan The Puttnam School of Film, Lasalle College of The Arts, Singapura ini memiliki banyak karya film pendek, seperti 10000 Kaki (2006), Black Box (2006), I'm Saved! (2007), Family Lies (2009), The Lost Portrait (2011), Punchline (2012). 'Flora' adalah tentang individu indigo yang nyaris kandas cintanya karena ia sering dianggap 'orang aneh'.
Donny Alamsyah (Sutradara)
Donny Alamsyah mulai dikenal luas setelah ikut berperan dalam film layar lebar 9 Naga pada tahun 2006. Setelah itu ia kembali muncul dalam rentetan film-film action yang mengharukan ia untuk berlaga, seperti Merah Putih, Merantau, Darah Garuda dan yang terbaru, The Raid. Ia juga membintangi beberapa video musik dari Ungu, Ari Lasso, Andra & The Backbone dan masih banyak lainnya. Ia dinominasikan sebagai aktor terbaik dalam Festival Film Indonesia 2008 dalam film Fiksi. Dalam film Isyarat, Donny dipercaya menyutradarai salah satu cerita ber-judul 'TANDA BAHAYA' Donny juga menggarap cerita ini sebagai cerita yang full action dibantu oleh Jonathan Ozo, seorang fighting instructor professional.
Reza Rahadian (Sutradara)
Reza memulai awal karier di dunia hiburan dengan menjadi seorang model dengan meraih juara Favorite Top Guest salah satu majalah remaja tahun 2004. Karier dari Reza semakin menanjak dengan bermain dalam film layar lebar Film Horor. Lewat film Perempuan Berkalung Sorban, ia meraih Piala Citra 2009 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan penghargaan IMA Indonesia Movie Awards, satu untuk Aktor Pendukung Terbaik. Pada tahun berikutnya, ia juga meraih Piala Citra untuk kategori pemeran Utama Pria Terbaik lewat film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta. Pada tahun 2013, Reza berhasil meraih Piala Layar Emas IMA untuk kategori Pemeran Utama Pria Terfavorit di film Habibie & Ainun.
Selain Reza terjun di dunia perfilman, ia mencoba di dunia tarik suara. Pada tahun 2012 ia berduet dengan Acha Septriasa dalam single untuk soundtrack film Brokenhearts yang berjudul Broken Hearts. Aktor berprestasi ini juga bisa dikategorikan dalam individu indigo karena bakatnya yang menonjol. Reza yang sudah lama tertarik menyutradarai pun termasuk 'lulusan' LA Lights Indiemovie yang filmnya menang dan menjadi favorit penonton. Untuk cerita di 'Isyarat', Reza menggarap 'Gadis Indigo' bernama Maya yang diperankan oleh Revalina.
Garin Nugroho
Sutradara kelahiran 6 Juni 1961 di Yogyakarta ini adalah lulusan IKJ dan Universitas Indonesia. Pluralisme menjadi kunci utama dalam hampir setiap karyanya. Karya-karya Garin Nugroho sudah banyak mencatat penghargaan, baik di dalam negeri maupun internasional. Sebut saja Asia Pacific Film Festival, Taormina Film Festival, Tokyo International Film Festival dan Berlin International Film Festival. Dalam dua film terbarunya. Mata Tertutup dan Soegija, ia membuka ruang diskusi mengenai topik tersebut. Karya-karya Garin Nugroho tidak terbatas hanya di layar lebar semata. Ia juga kini menyutradarai pertunjukan panggung seperti Trilogi Opera Jawa, yang sedang ia persiapkan bagian terakhir dengan judul Opera Hanoman.
Ifa Isfansyah (Producer)
Sineas muda lulusan Jurusan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini adalah salah satu pendiri Komunitas film independen di Yogyakarta, Four Colours Community. Komunitas ini aktif memproduksi film-film pendek independen. Film pendek pertamanya, Air Mata surga (menyutradarai bersama Eddi Cahyono), diundang oleh Festival Film - Video Indonesia 2002 sebagai film pembuka. Film Garuda di Dadaku merupakan debut film pertamanya untuk Mizan Pictures. Pada 2011, melalui film layar lebar keduanya, Sang Penari, Ifa meraih penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2011 sebagai sutradara terbaik. Awal tahun 2013 menggarap film 9 Summers 10 Autumn, yang ceritanya diambil dari novel best seller dengn judul yang sama.
Anastasia Rina Damayanti (Producer)
Lulusan Ilmu Komunikasi UGM dan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini, bergabung dengan SET Film Production sejak tahun 2001 sebagai Producer. Dan selama ini menjadi tim producer film-film yang disutradarai oleh Garin Nugroho antara lain : Off Love and Eggs (2004), Opera Jawa (2007), Under The Tree (2008), Slank-Generasi Biru (2009), Isyarat (2013), dan lain-lain. Tahun 2008 terpilih sebagai salah satu Finalist International Young Creative Enterpreneur (IYCE) Award 2008 dari British Council di bidang Film. Saat ini ia mengajar juga di Institut Kesenian Jakarta.
Asaf Antariksa (Producer)
Lebih dari 20 tahun bergelut di dunia pertelevisian (Indosiar, TransTV, SCTV, TV7, ANTV), Asaf Antariksa mulai berkecimpung di dunia perfilman pada tahun 2009 saat menjadi produser kreatif di SET FILM untuk menggeluti secara langsung sisi kreatif dan produksi film dan audio-visual. Sarjana jurusan Sosiologi Universitas Indonesia ini menjadi dosen pengajar tamu di beberapa Universitas untuk jurusan Broadcasting.
Dana Riza (Production Supervisor)
Dana Riza adalah sutradara Creative Multimedia, yang lahir di Makasar, 28 Juni 1968. Ia bekerja di Jakarta sebagai desainer dan digital artis yang telah berkecimpung selama sekitar sepuluh tahun dalam pembuatan video, efek visual, dan produksi animasi. Dana Riza sudah merancang dan memprouksi beberapa program seri untuk anak-anak di televisi nasional, serta memproduseri dan menyutradarai program edukasi. Lima tahun belakangan ini, ia terlibat dalam kegiatan bersama Asosiasi Animasi dan Industri Konten Indonesia (Ainaki).
Ray Nayoan (Production Supervisor)
Ray Nayoan adalah Program Director untuk LA Indie Movie yang diprakarsai oleh SET Film Workshop dan LA Lights. Lulusan University of Western Ontario Canada pada tahun 2005 ini aktif berpartisipasi dalam event film seperti ReelheART International Film Festival Toronto 2006. Salah satu founder Boemboe.org ini juga menyutradarai beberapa judul film pendek seperti "Peeper" (2007). "Dongeng Ksatria" (2012), dan "Grady the Healer" (2013). "Peeper" yang tergabung dalam rangkaian antologi "Takut" berhasil masuk daftar putar pada Indonesia International Fantastic Film Festival (INAFFF) 2008. Film terakhirnya, "Grady the Healer" yang bertajuk dokumenter, pada tahun ini berhasil masuk ke beberapa festival film international seperti IDFA di Amsterdam, Jakarta International Film Festival (JIFFest), dan Duisburger Filmwoche Festival di Jerman.
Jujur Prananto (Scripwritter)
Jujur Prananto mengawali kariernya sebagai penulis cerpen yang karya-karyanya beberapa kali muncul di Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas. Lulus dari Institut Kesenian Jakarta, Jujur Prananto memulai kariernya di tahun 1985 dalam bidang perfilman sebagai pencatat skirp dan asisten sutradara. Namanya sebagai penulis skenario melejit saat ia terlibat dalam pembuatan film Petualangsn Sherina dan Ada Apa dengan Cinta (2002). Atas karyanya di film tersebut, ia dianugerahi trofi "Skenario Terpuji" dari Festival Film Bandung. Deretan skenario untuk film layar lebar karya Jujur Prananto semakin panjang setelah kesuksesan dua film tersebut antara lain Ungu Violet, Cintapuccino juga terlibat sebagai penulis skenario dalam film ISYARAT di Indiemovie Goes To Cinema.
Titien Wattimena (Scripwritter)
Titien Wattimena mengawali karier sebagai asisten sutradara untuk video klp iklan televisi, dan profil video. Kemudian menjadi asisten sutradara untuk Rudi Soedjarwo sekaligus untuk pertama kali menulis skenario untuk film Mengejar Matahari. Setelah itu kariernya sebagai penulis skenario pun berkembang sambil tetap menjadi asisten sutradara film. Sebagai penulis scenario. Titien pernah dinominasikan pada Festival Film Indonesia 2005 untuk film Tentang dia. Prestasinya di dunia Internasional beberapa penghargaan diraihnya, seperti Bali International Film Festival 2008 (LOVE), International Film Festival Rotterndam 2011, Hongkong Film Festival 2011. Udine Far East Film Festival, Italy, 2011, dan Jeonju Film Festival Korea 2011.
Thoersi Argeswara (Music Director)
Thoersi Argeswara adalah komposer atau music director Indonesia yang namanya terkenal di dalam dan luar negeri. Ia adalah lulusan Music Composition CSU Northridge, California, Amerika Serikat. Dalam dunia sinema, tanggung jawabnya adalah membuat film scorint atau musik film yakni musik yang menjadi latar dari sebuah adegan dalam film. Terjun pertama kali ke dunia ilustrasi musik untuk film ketika ia menerima ajakan Sentot Sahid - sutradara dan editor, terlibat dalam produksi film Kuldesak (1997). Berbagai penghargaan pun pernah diraihnya, seperti Nominator Asia Pacific Film Festival (2001) film Pasir Berbisik, sebagai Ilustrasi Musik Terbaik lewat film GIE (2005) di ajang Festival Film Indonesia.
Satrio Budiono (Sound Designer)
Lulusan FISIP Unpar jurusan Administrasi Niaga ini pertama kali berkecimpung dalam bidang produksi film di Petualangan Sherina (1998). Sejak saat itu ia jatuh cinta dengan dunia film, dan telah menjadi penata suara di lebih dari 140 film layar lebar produksi dalam negeri maupun international. Pria yang kerap dipanggil Yoyo ini, ternyata juga adalah seorang anak band ketika masih SMA dan kuliah, dan hal itu memberikan keuntungan sendiri bagi profesinya saat ini. "Basicnya saya dulu nge-band, jadi saya tahu dasar dari penataan suara," jelasnya. Selebihnya, ilmu tentang penataan suara dalam sebuah film ia pelajari secara otodidak. Sederetan judul film terkenal sudah digarapnya. Sebut saja Ada Apa dengan Cinta, Arisan, Gie, Berbagi Suami, Fiksi, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Sang Pencerah, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Habibie & Ainun.
Yadi Sugandi (Director Of Photography)
Namanya tak asing lagi di dunia perfilman Indonesia. Pria kelahiran Cirebon, 15 September 1958 ini awalnya belajar fotografi secara otodidak, dan sempat menjadi videografer untuk pesta pernikahan. Tak sempat menamatkan kuliahnya di IKJ, ia berjanji akan "balas dendam" dan berkecimpung di dunia film. Awalnya ia magang menjadi penjaga alat, sampai akhirnya ia dipercaya sebagai juru kamera. Kepercayaan itu berlanjut hingga ia terlibat dalam pembuatan company profile, iklan, dan film dokumenter.
Tentang Lingkar Alumni
Di tahun ketujuh LA Lights Indie Movie telah berhasil mengumpulkan puluhan ribu anak muda kreatif. Mereka kini melebur menjadi satu dan menamakan diri mereka sebagai "LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE" yang mempunyai visi dan misi sebagai wadah berkumpulnya para filmmaker muda maupun alumni LA Lights Indie Movie untuk membangun jaringan serta mengembangkan kreativitas mereka di bidang perfilman. Dengan membawa semangat "INDIE MOVIE GOES TO CINEMA". mereka membuat gebrakan yakni mempersembahkan film-film pendek mereka ke layar bioskop nasional. Sebagai karya perdana yang lahir dari gerakan dukung film indie masuk bioskop, LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE menginisiasi lahirnya sebuah karya film layar lebar berjudul "ISYARAT". Dan ke depan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini akan terus mempersembahkan film-film kreatif sambil terus mengembangkan community enterpreneurship.
LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE bergerak melalui dua cara online dan offline. Forum online diakomodasi oleh Admin LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE dan SERAMBI SET Film dengan kontributor profesional dan dari anggota LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE sendiri. Sedangkan aktivitas di forum offline akan berfokus pada program-program non-reguler yang dimulai secara online namun pada pelaksanaannya nanti akan tersaji dalam bentuk offline event.
Program utama dar aktivitas ini adalah off-screen project. Sebuah program berupa penawaran terbuka (open-pitching) di mana anggota LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE diminta melontarkan ide dan solusi atas berbagai macam tantangan dari admin. Ide dan solusi terbaik akan dipilih oleh tim juri untuk kemudian direalisasikan bersama para peserta yang idenya terpilih dengan dibantu oleh pihak panitia pelaksana dan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE. Keanggotaan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE tidak hanya mereka yang pernah terdaftar sebagi peserta maupun terlibat dalam program LA Lights Indie Movie, tapi juga terbuka bagi anak-anak muda yang punya passion untuk berkreasi dan berkarya di bidang film. Ayo segera daftar dan ikuti berbagai program menarik dari LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE dengan melakukan registrasi dan membuat user ID situs LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE.
ISYARAT bisa dicek di www.isyaratthemovie.com / http://www.laindiemovie.com
Twitter : @_isyarat
FB : LA Lights Indie Movie, www.enjoyindiemovie.blogspot.com
Isyarat
Sebuah Film Layar Lebar Perdana
Karya Lingkar Alumni Indie Movie
Tujuh tahun sudah perjalanan LA Lights Indie Movie bekerjasama dengan rumah produksi milik Garin Nugroho, Serambi SET Film sebagai bentuk usaha nyata ingin melahirkan anak-anak muda kreatif dan berbakat di bidang seni film dalam memasuki industri perfilman Indonesia.
Bukan perjalanan yang singkat dan mudah, namun selama tujuh tahun berjalan telah banyak karya film pendek yang diproduksi oleh anak-anak muda berbakat ini. Sebut saja Ifa Isfansyah, Sammaria Simanjuntak, Jaka Triadi, dan lainnya. Beberapa artis terkenal juga pernah bergabung dalam komunitas ini untuk belajar bagaimana memproduksi sebuah film. Seperti Lukman Sardi (film Sang Penjait), Wulan Guritno (film Bidan Lelaki), Raffi Ahmad (film Barbie), Luna Maya (film Suci and the City).
Di tahun ketujuh LA Lights Indie Movie telah berhasil menggumpulkan puluhan ribu anak muda kreatif. Mereka kini melebur menjadi satu dan menamakan diri mereka sebagai "LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE" yang mempunyai visi dan misi sebagai wadah berkumpulnya para filmmaker muda maupun alumni LA Lights Indie Movie untuk membangun jaringan serta mengembangkan kreatifitas mereka di bidang perfilman. Dengan membawa semangat "INDIE MOVIE GOES TO CINEMA", mereka membuat gebrakan baru yakni mempersembahkan film-film pendek mereka ke layar bioskop nasional. Dan ke depan LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini akan terus mempersembahkan film-film kreatif sambil terus mengembangkan community entrepreneurship.
Sebagai karya perdana yang lahir dari gerakan dukung film indie masuk bioskop, LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE menginisiasi lahirnya sebuah karya film layar lebar berjudul "ISYARAT".
Film omnibus berisi lima cerita ini terasa istimewa karena digarap lima sutradara dengan latar belakang berbeda (aktor, aktris, sutradara profesional, sutradara film Indie) bekerja sama dengan kru LINGKAR ALUMNI MOVIE dan didukung oleh kru professional perfilman Indonesia yang pernah terlibat dalam LA Lights Indie Movie.
Sebanyak lima sutradara telah dipilih untuk menggarap lima film cerita pendek berkait yakni Monty Tiwa, Asmirandah, Reza Rahadian, dan Donny Alamsyah, serta finalis indiemovie yakni Adhiyatmika. Tema yang diangkat adalah tentang fenomena anak-anak muda yang memiliki 'kelebihan' atau yang sering disebut dengan istilah "gifted people".
"Terpilihnya lima sutradara tersebut dengan alasan mereka kita pandang telah menunjukkan bakat sekaligus passion yang luar biasa untuk terus berkiprah di film. Dua hal utama tersebut yang mendasari pemilihan kita pada 5 sutradara terpilih ini," kata Ifa Isfansyah selaku salah satu Producer film ini. Untuk cerita ISYARaT, penulisan skenarionya dipercayakan pada dua penulis skenario kawakan yakni Titien Wattimena dan Jujur Prananto.
Para aktor dan aktris muda pemain watak berprestasi seperti Prisia Nasution, Revalina S. Temat, Adinia Wirasti, Dion Wiyoko, Abimana Aryasatya, dan Poppy Sovie digandeng untuk memerankan karakter-karakter baik sebagai individu yang punya kelebihan atau mereka yang hidupnya mengalami perubahan setelah berkenalan dengan 'gifted people' dalam masing-masing cerita.
Dari sisi produksi, para filmmmaker senior Yadi Sugandi, Faozan Rizal, Editor Andhy Pulung, Ifa Isfansyah, Satrio Budiono, Thoersi Argeswara pun berbagi ruang kolaborasi dengan para finalis LA Lights Indiemovie dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bandung yang terbagi-bagi di berbagai divisi. Mulai dari divisi produksi, editing, kamera, art, wardrobe dan make up, hingga penyutradaran.
Soal tema cerita, salah satu Tim Production Supervisor, Ray Nayoan mengungkapkan terjadinya salah kaprah dalam masyarakat terhadap 'kemampuan indra keenam' yang sering dikaitkan dengan hal mistis - sementara hal ini justru sangat scientific, semakin mendorong para filmmaker ini untuk membuat sebuah tontonan yang mengangkat sisi lain dari kemampuan tersebut.
"Sebelum berangkat mengangkat tema fenomena indigo untuk menjadi benang merah film, kami melakukan riset dengan menemui orang-orang yang diakui sebagai 'indigo'. Hasil riset ini kita olah menjadi ide cerita dan kita matangkan dengan para penulis skenario dan calon sutradara yang kemudian juga melakukan riset tambahan sebelum mereka jalan dengan cerita interpretasi mereka masing-masing," ujar Ray.
Di mata pihak penyelenggaraan, dengan diangkatnya tema ini dari sisi produksi membuat ruang kreativitas para filmmaker, mujlai dari penulis skenario, sutradara dan tim lainnya menjadi terbuka sangat luas. "Kami selalu menekankan pentingnya eksplorasi kreatifitas setap filmmaker yang terlibat dalam produksi film-film pendek program LA Lights Indiemovie," ujar Rina Damayanti, salah satu producer film.
"Apalagi dengan konsep baru 'Indie Movie Goes to Cinema' ini, kami ingin sekali mengangkat tema unik yang worth talked about dan belum pernah di angkat di film layar lebar Indonesia sebelumnya," tambah Rina.
Sementara bagi sineas Garin Nugroho yang juga Produser Eksekutif film ISYARAT mengungkapkan. "hadirnya film ISYARAT diharapkan dapat menjadi sebuah lokomotif bagi anak muda, baik yang tergabung dalam LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE maupun yang belum untuk lebih termotivasi dalam berkarya di bidang seni film."
Seperti apa hasil karya anak-anak muda kreatif LINGKAR ALUMNI INDIE MOVIE ini, saksikan film "ISYARAT" di bioskop mulai 12 Desember 2013.
Label: film, info, infosinema, isyarat, movie
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda