<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7808624031225959264\x26blogName\x3dInfo+InfoSinema\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://info-infosinema.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://info-infosinema.blogspot.com/\x26vt\x3d-5757315724398017633', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Senin, 21 Oktober 2013

"Merry Go Round" Berputar atau Keluar

Epicentrum Jakarta, 21 Oktober 2013 - Melihat permasalahan sosial yang ada di Negara kita khususnya akibat penyalahgunaan narkoba serta kerugian baik material, fisik dan psikis maka VIDI VICI MULTIMEDIA, SAMA PICTURE, YAKITA (Yayasan Harapan Permata Hati Kita) dan GMDM (Gerakan Mencegah Daripada Mengobati) merasa terpanggil untuk memproduksi film layar lebar berjudul "MERRY GO ROUND" Berputar atau Keluar, yang bermutu tinggi dan mendidik tentang dampak penyalahgunaan narkoba sehingga menjadi suatu tontonan edukatif yang menarik dan sekaligus tuntunan, agar dapat dilihat oleh seluruh lapisan kalangan masyarakat, khususnya generasi muda Indonesia.


Saat ini di Indonesia, angka penyalah guna narkoba mencapai lebih dari 4 juta orang. Dari seluruh korban, Lembaga Rehabilitasi yang ada di Indonesia, baik milik pemerintah maupun swasta hanya mampu menampung 18.000 orang per tahun, dan lebih dari 50 orang meninggal sia-sia setiap harinya. Masih jauh lebih banyak lagi korban penyalahgunaan narkoba yang tidak tertangani, dan hal ini berdampak buruk secara langsung serta signifikan terhadap peningkatan kasus-kasus kejahatan maupun kecelakaan yang berkaitan dengan narkoba. Untuk itu salah satu alasan pembuatan film ini adalah agar dapat memberi pemahaman dan pembelajaran bagi masyarakat mengenai buruk dari penyalahgunaan narkoba. Dan diharapkan dengan film ini, kami dapat mengajak setiap komponen bangsa yang peduli terhadap keselamatan anak-cucu bangsa agar dapat bergandengan tangan untuk mencegah bertambahnya korban penyalahgunaan narkoba mulai dari lingkup yang paling kecil "keluarga" agar kita dapat menyaksikan Indonesia yang bersih dari narkoba.

Merry Go Round dibuat berdasarkan kisah nyata para korban penyalahgunaan narkoba dan keadaan keluarganya. Film ini menceritakan Dewo, seorang pemuda dari keluarga berada. Dia drop out kuliah dari luar negeri dan sudah jadi pecandu saat kuliah. Bersama Arman dan juga Rama mereka terbuai memasuki arena permainan yang tak berhenti berputar bagai sebuah merry go round.

Kegagalan berprestasi dalam kuliah karena kecanduan pada narkoba yang semakin menjadi, jelas berdampak langsung pada Tasya, adik perempuannya yang memang rentan dan tak banyak tau dunia penuh kamuflase itu. Sementara para orang tua mereka yang tak mau dianggap gagal dan malu pada tingkah anak-anak mereka, berusaha mengcover sejarah hitam anak-anak mereka dengan bersikap codependet. Mereka tak sadar, dengan bersikap seperti itu mereka justru tengah bersama-sama saling mengikat diri, terjun pada kehancuran.

Dewo menempatkan diri sebagai lelaki yang di kalahkan sistem, denial (penyangkal) dan seperti pecandu lainnya, dia pembohong besar. Cuma bisa menyalahkan keadaan sambil terus asik menikmati apa yang memang sudah jadi kebutuhannya. Parahnya lagi, keluarganya tanpa sadar sudah ikut terlibat memelihara "penyakit menularnya" itu dengan merahasiakan penyakit yang mereka pikir begitu gampang di atasi. Mereka ikut terbuai jadi si penyangkal dan mulai masuk menjadi suporter pasif dari anak-anak mereka yang penuh intrik.

Pecandu sama dengan penyakit menular. Menggerogoti fisik dan mental serta spiritual orang-orang terdekat dengan si pecandu. Arman mati overdosis setelah Yeti, ibu nya strees dan bangkrut. Apalagi dia juga di cerai suaminya yang merasa bu Yeti gagal mendidik anak.

Dewo masih di sembunyiikan Sultan, papanya yang tak mau anak lelaki kebanggaannya itu tercatat sebagai looser dan cuma aib keluarga. Sementara Tasya anak perempuan mereka malah jadi korban yang paling tak berdaya.

Tasya mulai frustasi pada sikap orang tuanya. Tasya pernah di titipkan Dewo di bandar dan di tukar Dewo dengan sepaket narkoba. Beruntung dia masih bisa diselematkan Andika, teman SMA nya yang penjual voucher. Meski mereka jatuh cinta, tapi mereka tetap tak bisa bersatu, kehancuran dalam tatanan keluarga Tasya sudah merembet jauh dan menjadi benteng yang tak tertembus bagi cinta mereka. Cinta sudah menjadi barang tabu dan jadi terbalik, harus di sertai dengan rasa sakit dan ketegasan Dewo cepat atau lambat bakal menghancurkan keluarga mereka hingga tumpas.

Dalam situasi seperti itu, rehab dan program pendampingan dari orang yang perduli jadi tumpuan satu-satunya. Meski pahit dan tak bisa memulihkan semua. Serta masih sering di ragukan keluarga. Namun perlahan terbukti manfaatnya.

Meski Tasya yang sudah begitu lelah bolak-balik mesti di rehab, karena di nikahi Rama yang juga pecandu, dan Dewo masih belum bisa pulih. Tapi dia dan Risa, mama  mereka jadi bisa membaca tipuan dan gejala sakit psikis maupun psikologis para pecandu.

Putaran yang tadinya tak terlawan dan menyesatkan mereka dalam keasyikan permainan rumit, menipu dan terlihat sederhana itu, perlahan bisa di urai di rem, di hentikan gerakannya. Baik dengan memutus sindikat, oleh pihak aparat maupun upaya keras dari para pecandu untuk terlepas dari buaiannya. Turun dari putaran tak berujung itu dengan kesadaran spiritual dan bimbingan yang tepat.

Rama di sokong papanya yang keras kepala dan diam-diam kecanduan miras, masih tetap menyangkal. Akhirnya harus terus duduk di situ, menunggu keajaiban hatinya tergerak dan itu hanya bisa di lakukan bersama-sama. Lewat program dalam rehabilitasi yang pahit, tapi berbuah manis.

FILM dengan genre black comedy ini mengantarkan penonton buat mengetahui lebih jelas kebiasaan dan tiupan para pecandu. Begitu juga cara mereka mempengaruhi dan menulari sakitnya pada orang terdekat. Sekaligus cara mengatasinya serta menjaga agar terhindar dari relaps dengan program aftercare. Tanpa menggurui, mengalir dalam cerita bertema drama percintaan yang miris dan menertawai ketidak tauan kita, atas siapa diri kita ini.

Informasi Film:

Judul - "MERRY GO ROUND"
Sutradara - Nanang Istiabudi
Produksi - PT. VIDI VICI MULTIMEDIA, SAMA PICTURE, YAKITA & GMDM
Produser - Eddy Lukman S
Penulis - Faldin Martha
Para Pemain - Bucek Depp, Dewi Irawan, Ray Sahetapy, Hengky Tornado, Keke Suryo, Poppy Sovia, Tya Arifin, Reza 'The Groove', JE Sebastian, Dwi AP, Giliano M Lio, Christopher, Heni Timbul, Ike Muti, Meri Kirana.

Genre - Drama (based on true story)
Target Audience - Pelajar, remaja & seluruh lapisan masyarakat
Durasi - 100 menit
Setting Lokasi - Jabodetabek & Jawa Barat
Setting Waktu - Masa Lalu & Masa Kini
Release on Theater - 24 Oktober 2013
Release Format - Jaringan XXI, 21 Cineplex, VCD, DVD dan TV
Distribusi - Indonesia dan Asia

Film ini didukung oleh :

Pemerintah
Menteri Koordinator Prekonomian, Kementrian Sosial, Kementrian Pendidikan Nsional, Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia, BNN

Swata
Resot Giri Tirta Kahuripan, Telkomsel, Qoo 10, Kalbe Farma, DNA Management




Latar Belakang Gagasan Pembuatan Film Layar Lebar "MERRY GO ROUND" Berputar atau Keluar

Film ini digagas oleh ibu-ibu yang mengalami betapa dahsyatnya dampak dari penyalahgunaan Narkoba. Film ini diproduksi oleh PT. VIDI VICI, Sama Picture, Yakita, GMDM.

Dasar:
  1. Pengalaman Pribadi, untuk memulihkan anak yang menjadi korban Narkoba adalah tidak semudah membalik tangan.
  2. Pengalaman menjadi pengurus Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) selama 13 tahun, menghadapi para orang tua dari anak-anak yang menjadi korban Narkoba adalah tidak mudah karena sebagian besar para orang tua / keluarga masih merasa malu, menganggap aib sehingga para orang tua / keluarga tidak mengakui kalau didalam keluarganya ada masalah sehingga membuat orang tua lamban bertindak untuk mencari tempat pemulihan si pecandu tersebut.
  3. Keluarga korban Narkoba umumnya merasa tersiksa, mereka mengalami kebingungan, kemarahan, frustasi, masalah keuangan, disalahkan orang lain, merasa bersalah, merasa malu, stress bahkan tidak jarang terjadi kekerasan fisik. Semua ini sering muncul didalam rumah keluarga korban Narkoba.
  4. Semakin banyak Narkoba masuk ke Indonesia dan semakin banyaknya anak bangsa ini yang menjadi korban Narkoba.
  5. Selaku orang tua korban narkoba maupun pengurus ingin membantu pemerintah dalam rangka terwujudnya "Indonesia bersinar 2015".
  6. Masyarakat luas belum mengerti dan memahami bahwa Adiksi adalah penyakit keluarga.
Tujuan
  1. Ingin menyelamatkan anak-anak dan cucu-cucu bangsa dari penyalahgunaan narkoba dengan berbagi pengalaman melalui audio visual dan penyuluhan-penyuluhan khususnya kepada para pelajar, mahasiswa dan para orang tua.
  2. Ingin menyampaikan dan berbagi pengalaman kepada keluarga-keluarga yang lain bahwa adiksi adalah penyakit keluarga.
  3. Mengajak dan menghimbau kepada masyarakat luas untuk masing-masing individu mempunyai niatan untuk perang terhadap narkoba sehingga setiap individu tidak mau menyentuh dan mendekat kepada narkoba.
  4. Supaya para orang tua / keluarga korban narkoba tidak menutup diri sehingga sangat membantu pemulihan pecandu narkoba itu sendiri untuk mencari perawatan / pemulihan yang sesuai.
  5. Harapan kami setiap orang, mempunyai rasa kepedulian yang tinggi terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba sehingga korban narkoba bisa ditekan.
  6. Membantu Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba) 2015.
Sekilas Tentang Yakita
Yakita adalah yayasan Harapan Permata Hati Kita berdiri bulan Mei 1999 oleh para orang tua / keluarga korban narkoba.

Yakita adalah organisasi Nirlaba berbasis kemunitas yang didirikan sebagai respon dan kekhawatiran atas meningkatnya masalah terkait Adiksi Narkoba / penyalahgunaan Narkoba.

Misi Sederhana Yakita
Menolong pecandu memulihkan diri mereka dari adiksi Narkoba dan membantu keluarga pecandu tersebut dengan memberikan harapan untuk pulih dari adiksi memperbaiki keselarasn kualitas kehidupan mereka.

Yakita mempunyai 2 orang ahli Adiksi dan HIV / AIDS yaitu Ibu Joyce Djaelani dan David Gordon

Yakita telah memulai program SEBAYA untuk menanggulangi dan mencegah masalah HIV /
AIDS dan penyalahgunaan narkoba di kalangan muda. Program tersebut kami namai Muda Berdaya. Cabang Yakita sudah tersebar dari Aceh, Medan, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Makassar, Kupang dan Jayapura

Karena keterbatasan dana ada sebagian sudah kami tutup.

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda