<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7808624031225959264\x26blogName\x3dInfo+InfoSinema\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://info-infosinema.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://info-infosinema.blogspot.com/\x26vt\x3d-5757315724398017633', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Jumat, 16 September 2011

Karena, Dalam Hidup, Tak Ada Yang Tak Mungkin - Film Mestakung

semesta mendukung

seMESTA menduKUNG adalah sebuah film yang terinspirsai dari semangat kisah nyata tim olimpiade sains Indonesia sebagai juara umum olimpiade fisika di Singapura.

Semesta Mendukung merupakan film ketujuh yang diproduksi oleh Mizan Productions setelah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Emak Ingin Naik Haji, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, dan Rindu Purnama.

Disutradarai oleh John De Rantau, film ini menceritakan tentang seorang anak yang bercita-cita menjadi juara fisika dunia sekaligus menemukan kembali cintanya yang hilang, sang Ibu.

Kesulitan ekonomi yang dialami Arief tidak memadamkan kecintaannya pada dunia sains, khususnya Fisika. Dia tinggal di sebuah dusun di Pamekasan - Madura yang jauh dari gemerlap kota dan fasilitas belajar yang memadai, Arief tetap menekuni Fisika. Beruntung dia memiliki guru seperti Ibu Tari, seorang perempuan Minang yang karena dedikasinya terhadap terhadap dunia pendidikan rela "terdampar" di Madura untuk menemukan intan-intan pecinta ilmu sains.

Ibu Tari memotivasi Aried untuk mengikuti kompetisi olimpiade dan Arief pun bersedia. Namun demikian alasan Arief untuk mengikuti ajakan Ibu Tari bukan hanya untuk olimpiade fisika semata, tetapi lebih pada kerinduan untuk bertemu ibunya yang berpisah dengannya sejak dia masih kecil untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita di Singapura, di negara itu pula tempat penyelenggaraan final olimpiade sains dunia. Segala cara Arief lakukan demi bertemu kembali dengan ibunya dan juga bersama team sains dari Indonesia berusaha meraih gelar juara fisika dunia.

Film ini dibintangi artis pendatang baru Sayev M.B yang akan berperan menjadi Arief, bersama artis-artis papan atas seperti Lukman Sardi, Revalina S Temat, helmalia Putri, Indro (Warkop), Feby Febiola, Ferry Salim, Zawawi Imron, dan Sudjiwo Tejo.

Label: ,

Kamis, 15 September 2011

Menjaga Batas-Batas Negara "Badai Di Ujung Negeri

BADAI DI UJUNG NEGERI, DRAMA ACTION SPESIAL PERSEMBAHAN QUANTA PICTURES YANG MENGANGKAT HAL PALING PENTING YANG SERING DILUPAKAN MAYORITAS MASYARAKAT DAN PEMERINTAH INDONESIA: MENJAGA BATAS-BATAS NEGARA

Jenis Film Drama - Pemain Arifin Putra, Astrid Tiar, Yama Carlos, Jojon, Ida Leman - Sutradara Agung Sentausa - Penulis Ari M Syarif - Produser Pingkan Warouw - Produksi Quanta Pictures.

Es Teler 77 Jakarta, 14 September 2011 - Ketika pertama kali ditawari untuk menyutradarai film ini pada awal 2010, Agung Sentausa (Garasi, 2006) sempat gamang. Sebagai orang muda yang mengalami masa-masa Reformasi 1998, hal yang berkaitan dengan tentara bukanlah isu favoritnya apalagi dalam film BADAI DI UJUNG NEGERI ini, tokoh utamanya adalah tentara. Namun ingatan akan keprihatinan yang sama atas kehilangan wilayah Sipadan-Ligitan yang luas wilayahnya sebesar provinsi Jawa Barat, diskusi panjang dengan produser, riset dan melihat langsung kondisi masyarakat perbatasan termasuk tentara yang ada di dalamnya selama berbulan-bulan, akhirnya kegamangan berganti dengan keyakinan kuat untuk menggarap isu penting masa kini yang sering dilupakan: prajurit di garis depan yang menjaga batas negara.

“Waktu itu memang sudah ada skenarionya tapi kemudian saya bersama penulis, Ari M Syarif, melakukan riset lagi termasuk pergi ke daerah-daerah perbatasan selama beberapa bulan untuk bisa mendapatkan arah yang diinginkan sesuai dengan misi dan visi kita dalam film ini. Baru kemudian, kita melakukan persiapan produksi dan shooting dilakukan pada Oktober-Desember 2010 dan 2 minggu shooting tambahan di Maret 2011,” jelas Agung.

“Film ini sangat multi-dimensional, dalam arti aspek yang diangkat itu dari berbagai sisi. Ada persoalan mendasar bagaimana para prajurit ini dituntut untuk selalu waspada dan profesional dalam mempertahankan negara namun ironisnya, alat utama sistem pertahanan yang dimiliki sangat terbatas dan bahkan sudah tidak layak. Suplai minyak untuk kapal yang dibawah dari cukup untuk patroli, radar kapal yang sudah tidak berfungsi bahkan paus lewat pun yang luar biasa besarnya saja tidak terdeteksi. Itu hanya contoh sedikit dari persoalan teknis. Di sisi lain, film ini juga menampilkan bahwa banyak masyarakat yang sangat apatis bahkan tidak suka dengan keberadaan tentara sementara seorang tentara sebenarnya juga manusia biasa yang memiliki persoalan pribadi meski mungkin sesepele soal cinta. Jadi dari berbagai dimensi tersebut, film ini menampilkan apa adanya kondisi-kondisi dan tanggung jawab seorang tentara di perbatasan yang bernama Badai. Seseorang yang dituntut tinggi secara profesionalitas namun juga seorang manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya namun dengan jelas melakukan pilihannya: membela bangsa dan negara,” tambah Agung.

“Bagi kami dari Quanta Pictures, ide membuat film ini awalnya datang dari idealisme. Kami melihat bahwa persoalan perbatasan di negara kita ini erat kaitannya dengan isu nasionalisme dan patriotisme. Hal itu yang kami angkat dan gambarkan melalui kehidupan prajurit di perbatasan, terutama angkatan laut yang berada di garis depan menjaga perbatasan. Di sisi lain, pada kenyataannya seorang prajurit adalah manusia biasa dengan sisi humanisnya, dimana ia menjalani kehidupan sehari-hari dengan berbagai masalah yang dihadapi baik yang berkaitan dengan profesi maupun hal-hal pribadi. Selain alasan idealisme, pilihan mengangkat kisah ini dengan setting lokasi 70%-80% di laut merupakan pertimbangan komersial karena hal ini sangat jarang diangkat dalam film. Setting cerita dan lokasi ini bagaimanapun direpresentasikan oleh angkatan laut. Dengan setting masa kini dan adegan-adegan action-adventure yang menghibur, film ini kami posisikan untuk target generasi muda. Kami berharap melalui media film, dengan pilihan jenis film drama-action yang menghibur dimana film ini seperti film-film main stream lainnya, pesan-pesan dalam film bisa sampai kepada generasi muda yang akan meneruskan perjalanan negara dan bangsa ini,” jelas Pingkan Warouw selaku produser film ini.

BADAI DI UJUNG NEGERI yang pengambilan gambarnya sebagian besar dilakukan di provinsi Riau Kepulauan terutama di Pulau Bintan selama 4 bulan, dengan 90% di luar ruangan yang sekitar 70% lokasinya berhubungan dengan laut adalah tantangan yang luar biasa.

“Bagi saya, produksi film ini dengan tantangan yang rumit justru membuat saya terpacu dan senang. Di film ini terlihat bagaimana hasil kerja keras dan kreativitas luar biasa para kru dan pemain mengatasi tingkat kerumitan teknis pengerjaan film ini dengan lokasi yang lebih dari 70% berhubungan dengan laut, dimana adegan-adegan drama, romance, action, fighting, tembakan, rumah/pasar di atas air, perahu, kapal tanker, adegan di bawah laut, sampai di kapal terbang (adegan di udara), semua ada dalam satu film yang mencoba disajikan secara ringan dan semenghibur mungkin dan belum pernah dilakukan dalam film Indonesia. Namun produksi dengan skala sebesar ini dimana harus tersedia mulai dari persenjataan hingga kapal tanker dan pesawat, tidak mungkin bisa terjadi tanpa dukungan segala pihak dan institusi yang terkait dengan hal itu. Kami sangat berterima kasih pada berbagai pihak juga penduduk di pulau Bintan yang sangat antusias dalam membantu kelancaran shooting,” jelas Agung.

“Sebuah produksi dengan skala yang sebesar ini membutuhkan sumber daya yang besar dari berbagai pihak. Kami beruntung bahwa banyak pihak mempunyai visi dan misi yang sama dan sangat mendukung kami dalam pembuatan film ini, baik dari berbagai institusi negara seperti Pertamina dan Angkatan Laut, swasta, maupun pribadi. Selain dana dari Quanta Pictures sendiri, berbagai bantuan diberikan oleh berbagai pihak dalam bentuk supervisi, perizinan, penyediaan fasilitas produksi hingga pendanaan. Dimana dalam hal pendanaan, kami menggandeng investor lain bergabung.
Kami sangat berterima kasih kepada seluruh institusi negara, swasta, maupun pribadi seperti halnya Bapak Purnomo Yusgiantoro yang sekarang ini menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan, yang telah memberikan dukungan moril yang sangat berarti, serta semua pihak,” tambah Pingkan.

Bagi para pemain, film ini yang menampilkan aspek drama-action-adventure memberikan tantangan dan kenangan tersendiri.

“Siapa sih yang tidak ingin dapat peran di film action, sebagai tentara bersenjata dan gagah? Sebagai anak laki-laki, dulu saya ingin sekali jadi tokoh seperti yang saya liat di film-film action. Sekarang dapat perannya sebagai Badai di film ini. Lewat casting, belajar dialek Melayu sedikit, latihan fisik dan ikut bootcamp Marinir selama 8 hari dan proses reading, saya masuk ke karakter Badai. Memerankan Badai dan berakting dalam film ini adalah kesempatan dan kebanggaan yang luar biasa. Lewat peran ini, saya menjadi terbuka dan terinspirasi tentang kondisi masyarakat dan prajurit di perbatasan yang tuntutannya besar dengan tugas utama menjaga batas negara namun di lain pihak juga harus mengatasi kondisi serba kekurangan peralatan pertahanan, kecurigaan dan bahkan ketidaksukaan masyarakat terhadap tentara, sampai persoalan pribadi. Ini mungkin kisah yang kalau tidak bisa disebutkan pertama kali, tetapi kenyataannya sangat jarang diangkat di perfilman Indonesia. Pengalaman shooting selama berbulan-bulan di kondisi alam rawa, laut, darat, yang berat tapi juga indah bukan hanya memperkaya pengalaman tapi juga batin,” ujar Arifin Putra yang pertama kalinya mendapatkan peran utama dalam film layar lebar.

“Lewat BADAI DI UJUNG NEGERI, kita bisa melihat kondisi masyarakat di perbatasan, terutama masyarakat kepulauan yang dalam film ini digambarkan dinamikanya. Ada tokoh Anisa yang saya perankan, seorang perempuan muda warga lokal pintar yang terbuka dan modern tetapi juga kritis terhadap kenyataan dimana ia merasa sebagai orang yang tinggal di perbatasan, seringkali menjadi bagian dari masyarakat yang terpinggirkan dan bahkan terlupakan oleh negara. Ada tokoh ibu angkat Anisa, dokter Yana, pendatang idealis yang sudah lama menetap dan membela warga lokal yang sangat skeptis, curiga, bahkan membenci tentara. Sementara Anisa tidak bisa mengingkari perasaannya terhadap Badai sehingga bagaimanapun terombang-ambing dalam pilihan-pilihan antara ibunya dan Badai. Ada tokoh Nadim dan keluarganya, warga lokal keluarga nelayan yang sangat bersahaja begitu hangat dan tulus menerima Badai. Ada tokoh Pak Piter, pengusaha/pedagang lokal yang sangat berpengaruh. Dengan berbagai karakter yang ada, film ini menangkap dan menggambarkan keberagaman dan kompleksitas masyarakat perbatasan, yang bisa memberikan pengetahuan, menginspirasi, sekaligus menghibur penonton. Selain itu, realita keindahan dan kekayaan alam luar biasa yang dimiliki Indonesia juga diperlihatkan dalam film ini. Saya bersyukur bisa mengalaminya lewat shooting film ini,” ungkap Astrid Tiar.

Selain Arifin Putra dan Astrid Tiar, BADAI DI UJUNG NEGERI juga didukung jajaran pemain kawakan seperti Ida Leman sebagai dokter Yana dan Jojon sebagai Pak Piter, bersama para pemain muda berbakat seperti Yama Carlos, Edo Borne, Priady Muzy, Dedy Murphy, Kukuh Adi Rizky, dan Adrian Alim.

Penggarapan film ini didukung oleh para profesional perfilman Indonesia yang jejak rekamnya sudah terbukti seperti Padri Nadeak (Trilogi Merah Putih) sebagai penata sinematografi, Thoersi Argeswara (Gie, Trilogi Merah Putih) sebagai penata musik, Aline Jusria (Catatan Harian Si Boy) sebagai editor, dan Ipang yang menggarap lagu soundtrack film ini berjudul Nyali.

BADAI DI UJUNG NEGERI berkisah tentang Badai, seorang marinir yang ditugaskan di pos jaga perbatasan Indonesia di sebuah pulau di laut cina selatan. Penemuan mayat misterius mempertemukannya kembali dengan Joko, sahabat lama yang ditugaskan di kapal KRI. Anisa seorang gadis setempat mempertanyakan kepastian hubungannya dengan Badai. Badai ragu untuk membuat keputusan karena dia bisa dipindah tugaskan kapanpun, kemanapun. Dika, anak nelayan teman Badai ditemukan mati. Kesalahpahaman Joko dan Badai tentang kematian Nugi, adik Joko, mempengaruhi kerjasama mereka dalam menemukan siapa pembunuh Dika dan mayat-mayat lainnya yang belakangan bermunculan terapung di laut. Badai dan Joko dijebak ke pulau terpencil sementara para pembunuh merencanakan pembajakan sebuah kapal tanker di laut perbatasan, memanfaatkan kelemahan konflik di antara mereka dan kondisi kapal KRI yang sudah tua.

BADAI DI UJUNG NEGERI rilis serentak di bioskop secara nasional mulai 29 September 2011.

Label:

Mengulang Sukses Conan The Barbarian

Jenis Film Action, Fantasy, Dewasa - Pemain Jason Momoa, Rachel Nichols, Stephen Lang, Rose Mcgowan, Said Taghmaoui, Leo Howard, Bop Sapp, Ron Perlman - Sutradara Marcus Nispel - Thomas Dean Donnelly, Joshua Oppenheimer, Sean Hoo - Produser Frederik Malmberg, Avi Lerner, Boaz Davidson, Joe Gatta, George Furia, John Baldecchi, Les Weldon - Produksi Lionsgate Film - Durasi 112 menit.

Conan The Barbarian merupakan produksi remake dari film sukses yang pernah dibintangi Arnold Schwarzenegger. Termasuk lama, karena versi Arnold dirilis pada tahun 1982, atau 29 tahun kemudian baru muncul film dengan konsep lebih matang dan teknis penggarapan lebih canggih. Teknik 3 dimensi (3D) yang makin populer pun menjadi daya tarik tersendiri film yang akan dirilis secara internasional pada 19 Agustus 2011 ini.

Conan The Barbarian bercerita tentang ketenaran tokoh fantasi pahlawan dari wilayah Cimmeriaq, Conan harus bertempur menghadapi Khalar Zym. Khalar Zym telah membunuh orang tua Conan, juga memusnahkan sebagian warga Cimmeria. Petualangan dan pencarian Khalar Zym membuat Conan semakin kuat dan makin memahami musuh-musuhnya. Tidak terkecuali ketika menghadapi Tamara, yang kelak menjadi pendamping petualangan Conan.

Sangat menarik ketika kisah petualangan fantasi seperti Conan diangkat kembali ke layar lebar. Untuk film kali ini sutradara Markus Nispel tidak terlalu banyak mengubah dasar cerita berdasarkan karya Robert E Howard (1932). Proses ini sama seperti ketika Conan The Barbarian versi Arnold dibuat. Yang agak berbeda adalah versi yang diperankan Kevin Sorbo - Kull The Conqueror (cerita tentang Conan juga) -- sang produser membuat sempalan cerita di luar karya novel tersebut, namun masih berpegang pada dasar cerita yang dibuat REH (singkatan Robert E Howard).

Selain teknologi 3D yang ditawarkan untuk produksi remake ini, untuk menarik penonton datang ke gedung, produser menunjuk Markus Nispel sebagai sutradara film ini. Pengalaman Markus menggarap film-film seperti Pathfinder, Texas Chainsaw Massacre dan Friday the 13th, menjadikan warna film Conan The Barbarian lebih memikat. Dan memang hasilnya, seperti film-film Nispel, Conan The Barbarian hadir begitu kelam untuk setiap adegan laga.

Conan The Barbarian menjadi menarik ketika Josep Jason Namakaeha Momoa terlibat didapuk sebagai pemeran utama film ini. Meski bukan jebolan juara binaraga dunia, tapi pesona Jason Momoa terbilang luar biasa. Setelah sukses melalui seri televisi seperti Baywatch, Stargate: Atlantis, Game of Thrones, North Shore, popularitas Jason mulai diakui banyak pihak. Sepertinya sangat pas untuk memerankan Conan, bahkan dari kemampuan akting, Jason jauh lebih baik dibanding Arnold Schwarzenegger. Tapi balik-balik ke masalah peruntungan. Apakah chemistry peruntungan Jason ada di film ini, nantikan saja tanggal rilis film yang secara internasional beredar mulai 19 Agustu 2011 in. (Di edarkan oleh PT. Parkit Film)

Label:

Cinta Itu Penuh Dengan Kejutan Dalam Film Masih Bukan Cinta Biasa

Jenis Film Drama, Komedi - Pemain Ferdi Taher, Wulan Guritno, Olivia Jensen, Axel Andaviar, Joe P. Project, Dalton, Budi Arab - Sutradara Benny Setiawan - Penulis Benny Setiawan - Produser H. Naldy Nazar Haroen - Produksi WannaB Pictures.

Datang dengan tiba-tiba, pergi begitu saja. Begitu banyak yang bisa terjadi saat kita bicara soal cinta. Apalagi kalau kita melihatnya lewat kehidupan rockstar. Yang kadang sangat tak terduga, dan apapun bisa terjadi setiap harinya. Kejutan-kejutan itulah yang banyak tergambar dalam Masih Bukan Cinta Biasa yang merupakan sequel dari kisah sukses Bukan Cinta Biasa yang dirilis tahun 2009 lalu.

Tommy (Ferdy Taher) yang jadi rocker insyaf, kali ini akan enghadapi 'foto copy' dirinya di masa muda. Yaitu seorang anak muda bernama Vino (Axel) yang datang tiba-tiba dan mengaku sebagai anak biologis nya dari seorang grupie Tommy. Kejadiannya saat Tommy masih ada di puncak kejayaan bersama band The Boxis. Berbagai konflik yang penuh kejutan mewarnai hubungan Vino dengan Lintang (Wulan Guritno) dan Nikita (Olivia Jensen) yang tak lain adalah istri dan anak Tommy. Bukan hanya Vino yang bikin banyak ulah mengejutkan Vino sendiri pun mendapat banyak fakta kejutan dari proses terbentuknya keluarga ini. Cerita itu ada di Bukan Cinta Biasa (2009) yang juga diawali kedatangan tiba-tiba Nikita di hadapan Tommy.

Masih Bukan Cinta Biasa juga menggambarkan arti persahabatan yang bisa kita temui dalam sebuah band. The Boxis yang diperankan oleh Joe P. Project, Dalton dan Budi Arab adalah band yang terbentuk dari teman jadi sahabat. Sahabat yang punya cara sendiri untuk membantu atau menghibur salah satu dari mereka yang sedang susah. Dengan cara yang lucu dan membuat kita tertawa, itu pasti. Namun bukan hanya The Boxis yang bisa menghadirkan senyum dan tawa di setiap orang yang menonton Masih Bukan Cinta Biasa. Setiap pemeran di film ini punya kekuatan untuk menerbitkan tawa. Bahkan Axel pun berperan baik di film pertamanya ini.

Tidak dipungkiri komedi jadi nuansa kuat di Masih Bukan Cinta Biasa. Namun, sekali lagi nafas dari film ini adalah cinta yang penuh dengan kejutan. Bahkan dengan komedi pun film ini bisa menerbitkan rasa sedih, haru dan senang yang menaik-turunkan emosi kita. Sekali lagi film ini memang penuh kejutan. Bahkan hingga menit-menit terakhir sangat krusial, Masih Bukan cinta Biasa memberi kejutan yang mungkin membalikkan semua mindset yang sudah terbentuk di kepala anda.

Menikmati Masih Bukan Cinta Biasa adalah sebuah sport untuk emosi kita. Apalagi buat yang mengaku rockstar, ini adalah tantangan seberapa kuat emosi kalian. Mari menangis dan tertawalah sepuasnya bersama.

Salam Tiga Jari

Label: ,

Rabu, 07 September 2011

Catatan Produksi Film Mati Muda Di Pelukan Janda

Jenis Film Komedi, Dewasa - Pemain Ihsan Taroreh, Ayu Pratiwi, Julia Robex, Vijey F Sadiyansyah, Stevie Dominique, Alfie Alfandy, Joe P Project - Sutradara Helfi Kardit - Penulis Skenario Hilman Mutas8i, Bintang Timur Team - Produser Gobind Punjabi, Shanx RS - Produksi PT Sentra Mega Kreasi - Durasi 84 menit.

MATI MUDA DI PELUKAN JANDA merupakan sebuah film komedi drama. Komedi dalam film ini menjadi sajian utama sekaligus menjadi satir dan sindiran. Dan semua mewakili karakter-karakter dalam kehidupan nyata. Faktanya, ada janda seperti Ratih yang ingin hidup bersih dan mandiri, tapi ada juga janda seperti Mpok Sari, menjadi modal untuk mendapatkan simpati dari setiap laki-laki.

MATI MUDA DI PELUKAN JANDA mencoba menghadirkan keunikan cerita kehidupan janda ini. Cinta tulus seorang perjaka, bukanlah keniscayaan dalam kehidupan seorang janda. Sah-sah saja. Bahkan kalau perlu, mati di pelukan sang janda pun rela!

Helfi Kardit -sutradara- menangkap isu dan spirit 'sebuah cinta sejati sampai mati' dari seorang perjaka dan janda. Cerita ini dikemas sebagai sebuah sindiran dan drama yang menyentuh. Bahkan dari sisi komedinya, membayangkannya saja sudah tergambarkan kelucuan serta keunikan ceritanya.

Satu yang perlu digarisbawahi dari film MATI MUDA DI PELUKAN JANDA ini adalah latar kehidupan tokoh utama film ini. Rahmat - diperankan Ihsan Taroreh - adalah anggota Satpol PP. Nah selama ini, Satpol PP sering dianggap sebagai institusi yang kurang memiliki kepekaan. Tapi di film ini diperlihatkan Satpol PP sebagai institusi yang sesungguhnya berwajah manusiawi. Karena faktanya memang demikian. Sebuah kampanye positif melalui tokoh Rahmat!

MATI MUDA DI PELUKAN JANDA dirilis pada 22 Septembar 2011.

Label: ,